"Kami sepakat dengan empat mitra bahwa pembayaran yang tadinya dalam dolar AS, kami sekarang bayar dengan rupiah. Kurang lebih setahun kami melakukan pembayaran kepada mitra-mitra utama sebesar 1,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp25 triliun," ujar Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir di Gedung Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Rabu.
Deklarasi tersebut merupakan inisiatif Adaro untuk berperan aktif mempergunakan hasil dana devisa ekspor di dalam negeri dalam bentuk rupiah.
Dengan penandatanganan deklarasi tersebut, pembayaran yang dilakukan oleh PT Adaro Energy Tbk kepada PT Pertamina, PT Saptaindra Sejati, PT Pama Persada dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama diupayakan dalam bentuk rupiah.
"Royalti itu pajak dalam rupiah, itu kurang lebih sekitar 600-700 juta dolar AS. Lalu ke Pertamina sekitar 400-500 juta dolar AS dan disanya ke ketiga kontraktor sekitar 600-700 juta dolar AS," ujar Garibaldi.
Ia juga menjelaskan bahwa pembayaran dalam dolar AS oleh Adaro Grup kepada mitra-mitranya mencapai 1,9 miliar dolar AS sampai dengan 2 miliar dolar AS secara keseluruhan.
Penandatanganan deklarasi tersebut dilakukan oleh Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Pamapersada Nusantara Frans Kesuma, dan Direktur PT Saptaindra Sejati Asep Kusmana.
Penandatanganan tersebut turut disaksikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Presiden Komisaris PT Adaro Energy Tbk Edwin Soeryadjaya, Wakil Presiden Komisaris PT Adaro Energy Tbk Theodore Permadi Rachmat.
Sri Mulyani menyambut gembira inisiatif yang dilakukan Adaro dan kontraktornya untuk membantu peningkatan penggunaan rupiah di Indonesia.
"Dengan melakukan konversi ke rupiah secara konsisten sesuai peraturan, diharapkan terjadi keseimbangan pasokan dan permintaan dolar," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Baca juga: Menguat terbatas, rupiah Rabu pagi jadi Rp15.000
Baca juga: BI bilang terus berada di pasar untuk stabilkan rupiah
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018