Petinju, yang lahir dari ayah seorang Italia dan ibu asal Jerman, sempat memegang sabuk juara dunia kelas menengah super IBF pada 1988-1989 serta kelas berat ringan WBC pada 1998 setelah mengalahkan Michael Nunn.
Rocchigiani yang memiliki catatan 41 kemenangan, enam kekalahan dan satu imbang sepanjang kariernya tersebut sempat memikat dunia tinju lewat pertarungan menghadapi sesama petinju Jerman, Henry Maske, serta Dariusz Michalczewski dari Polandia pada 1990-an.
Petinju Jerman itu terakhir kali naik ke atas ring pada 2003 saat ia menelan kekalahan dari sesama petinju Jerman, Thomas Ulrich, kala memperebutkan sabuk juara kelas berat ringan internasional WBC.
Baca juga: Joshua pertahankan sabuk juara kelas berat
"Berlin berduka bagi salah satu atletnya, yang pada 1980-an dan 1990-an membuat orang terpesona," kata wali Kota Berlin Michael Mueller dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Reuters.
Menurut Mueller, Rocky bukan saja dikenal dunia sebagai juara dunia ketiga asal Jerman dalam olahraga profesional setelah Max Schmelling dan Eckhard Dagge, tetapi juga karena ia seorang Berliner sejati, yang menyelaraskan ucapan dan hatinya.
"Tidak semuanya bekerja untuknya dalam kehidupan seperti yang terjadi di ring. Tapi orang Berlin mencintainya karena cara-caranya yang kadang kasar dan tidak menentu. Kami berduka," ujar Mueller.
Rocchigiani, yang dipenjara karena penyerangan dan mengemudi tanpa lisensi yang sah, adalah juara tinju dunia Jerman termuda. Dia juga bekerja sebagai komentator tinju.
Baca juga: Tinju - Alvarez beri kekalahan pertama bagi Golovkin
Pewarta: ANTARA
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018