Ghazni, Afganistan (ANTARA News) - Pejuang Taliban hari Rabu membebaskan 12 orang Korea Selatan (Korsel) sanderanya di Afganistan, sehari sesudah mencapai kesepakatan dengan perunding Korsel dan Indonesia atas pembebasan 19 sukarelawan Kristen itu. Tiga wanita Korsel dilepaskan lebih dulu, diikuti empat wanita dan seorang pria beberapa jam kemudian, yang diserahkan kepada anggota Palang Merah Dunia (ICRC) di propinsi Ghazni, kata saksi kantor berita Inggris (Reuters). Gelombang ketiga, yang terdiri atas tiga wanita dan seorang pria, dilepaskan kemudian pada hari sama, kata mereka. Dengan berbusana panjang, berkerudung adat, ketiga wanita terbebas lebih dulu menangis sewaktu duduk di kendaraan ICRC. Jurubicara Taliban, Qari Mohammad Yousuf, mengatakan lewat telepon bahwa ia mengharapkan semua sandera bebas pada Kamis. Pemberontak menculik 23 relawan Kristen Korea pada 19 Juli dari bus di Ghazni dan semula menuntut pembebasan anggota Taliban, yang ditahan pemerintah Afgan. Dua pria sandera dibunuh penculiknya pada awal kemelut itu. Taliban melepaskan dua wanita sebagai isyarat niat baik selama putaran awal perundingan dan hari Selasa menyatakan mencapai kesepakatan untuk pembebasan 19 sisanya. Seorang wakil Taliban menyatakan, melepaskan tuntutan pembebasan anggota Taliban dari penjara sesudah mereka menyadari Korsel tidak dapat memaksa pemerintah Afgan membebaskan siapa pun. Gedung Biru, kantor kepresidenan Korsel, menyatakan kesepakatan ahirnya ialah syarat Seoul menarik tentaranya dari Afganistan dalam tahun ini dan menghentikan warga negaranya melakukan dakwah agama di Afganistan. Tapi, Korsel sebelum kemelut itu memutuskan menarik satuannya, sekitar 200 insinyur dan petugas kesehatan, dari Afganistan menjelang ahir 2007. Sejak penculikan itu, Korsel melarang warga negaranya pergi ke negara terkoyak perang tersebut. Juru bicara presiden Korsel, Chon Ho-seon, tidak menanggapi pertanyaan dalam temu pers di Seoul hari Rabu tentang apakah tebusan menjadi bagian kesepakatan itu, tapi menyatakan Korea Selatan melakukan yang diperlukan. "Kami percaya, adalah tanggung jawab negara mana pun untuk menanggapi dengan luwes guna menyelamatkan jiwa selama Anda tidak berjalan terlalu jauh dari asas dan kebiasaan masyarakat antarbangsa," kata Chon. Dua orang Indonesia juga dilibatkan di perundingan tersebut, kata Indonesia. Keluarga, yang menunggu di Korea Selatan, bersorak saat berita pembebasan itu keluar, kata wakil keluarga tersebut. "Kami ingin melihat semua dibebaskan," kata Lee Jeong-hun, wakil kelompok keluarga itu, kepada wartawan. Penculikan itu merupakan bagian dari serangkaian kejadian, yang dinyatakan dilakukan Taliban, yang melancarkan perlawanan berdarah melawan pemerintah Kabul dan sekutu gabungannya, yang kian meningkat sejak tahun lalu. Taliban, yang dihubungkan dengan jaringan Alqaida Osama bin Ladin, juga menyekap seorang insinyur Jerman, yang diculik sehari sebelum orang Korea Selatan tersebut. Kanselir Jerman, Angela Merkel, hari Rabu menyatakan pemerintahnya berusaha keras membebaskan warga tersanderanya di Afganistan sesudah Taliban melepaskan sebagian besar sanderanya, orang Korsel. Rudolf Blechschmidt (62 tahun) diculik di Afganistan selatan pada 18 Juli bersama lima orang Afgan dan mitra Jerman-nya. Mitra itu dibunuh sesudah jatuh sakit dan satu orang Afgan lari. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007