Jakarta (ANTARA News) - Motif pada sehelai kain batik menyimpan makna tersendiri. Ada doa dan harapan yang terkandung di dalamnya sehingga untuk jenis tertentu dianggap sakral.
Batik kini tak lagi dipandang sebagai busana formal. Banyak yang mengenakannya untuk pakaian sehari-hari.
Baca juga: Barbie luncurkan koleksi batik pertama di dunia
Motif batik pun ada beragam, bahkan jumlahnya mencapai ribuan. Sayangnya, tidak semua orang paham dengan makna yang terkandung pada motif batik.
Era Soekamto, desainer dan juga creative director dari Iwan Tirta Private Collection mengatakan bahwa sebaiknya pahami dulu motif pada kain batik sebelum berusaha untuk memadupadankannya dengan busana lain.
"Pertama kita harus mengerti dulu motifnya. Karena kita kebiasaan ngelihat hanya dari luar saja, enggak tahu kapan menggunakannya, misalnya Parang enggak boleh dipakai di Keraton karena yang boleh pakai itu cuma raja saja," ungkap Era saat berbincang usai peluncuran Barbie Batik Kirana di Jakarta hari ini.
Baca juga: "Sekar" film pendek untuk sambut Hari Batik
"Kita harus ngerti artinya juga, biar bisa diceritakan juga kan ke yang lain," lanjut dia.
Masih menurut Era, tabrak warna pada batik boleh dilakukan. Asalkan, saat Anda ingin membuat busana dari kain batik, jangan pernah sembarangan memotong motif karena akan merusak makna.
"Kalau padupadan bebas saja. Tapi kayak Parang, ada motif lereng-lerengnya, itu jangan dipotong horizontal. Batik itu ada doanya. Karena batik itu seni sakral. Tabrak warna sih sah-sah saja," tutup Era.
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018