Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Pekanbaru menyatakan produk minuman kemasan gelas bermerek "Torpedo" tidak mengandung Benzodiazepim dan memiliki izin yang sah dari pihaknya.
"Produk tersebut (Torpedo..red) sudah terdaftar di BPOM tentu sudah dievaluasi keamanannya," kata Kepala BBPOM Kota Pekanbaru Muhammad Kashuri kepada antara di Pekanbaru, Selasa.
Muhammad Kashuri menjelaskan pihaknya sudah melakukan pengujian kepada minuman kemasan gelas bermerek "Torpedo" atas permintaan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Pekanbaru beberapa waktu lalu.
"Kami diminta uji produk (torpedo...ref) dan hasilnya sudah kami sampaikan ke BNNK," ulas Muhammad Kashuri.
Kondisi ini dibenarkan oleh surat edaran BBPOM Pekanbaru yang diterbitkan tanggal 28/9/2018 untuk BNNK setempat yang isinya berbunyi, sehubungan surat Kepala BNNK Pekanbaru Nomor BIBOI/lX/Ka/cm00/2018/BNNK-PKU tanggal 21 September 2018 perihal Pormohonan uji laboratorium. Disimpulkan produk Torpedo aneka rasa buah masih terdaftar di Badan POM dengan Nomor izin edar 50432644341 dan masih berlaku.
Kemudian setelah melaksanakan uji laboratorium sampel minuman suplemen kesehatan tersebut dengan nomor batch 43001201709 dan 14901320H12 dengan hasil negative golongan Benzodiazepim ( Alpnzolam, Bromazepam, Chloddazepoxide, Clobazam, Clonazepam, Diazepam, Estuahm, Lorazepam dan Numepam).
Namun demikian Kashuri mengimbau agar konsumen cerdas memilih dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang di dalamnya ada kandungan dan petunjuk sesuai usia.
"Konsumen harus cerdas mengkonsumsi produk sesuai anjuran dalam label," tegasnya.
Kasus ini muncul karena sebelumnya diberitakan heboh diduga sebanyak 55 siswa di salah satu SMP Pekanbaru menyayat tangan setelah meminum minuman berenergi dan ikut challenge (tantangan) di YouTube.
"Tapi memang anak-anak bilang cuma mau ikut challenge saja. Mau coba sakit apa nggak, ternyata mereka ngakunya sakit," ucap Kepala SMPN 18 Pekanbaru, Lily Deswita kepada media.
Lily mengungkapkan kronologis 55 orang siswanya yang menyayat tangan, sehingga menimbulkan bekas luka seperti goresan.
Disebutkan dia, sekitar dua minggu lalu, pihak sekolah menggelar razia rutin.
"Awalnya sasaran kita HP, tapi pas razia ada guru mendapati bagian tangan anak, ada bergaris-garis. Semuanya perempuan, cuma ada satu laki-laki," kata Lily.
Atas temuan itu, pihak sekolah pun merasa cemas dan khawatir.
"Langsung saya kontak BNNK Pekanbaru. Karena kita takut ada apa-apa," ujar Lily.
Sementara itu Kepala Badan Narkotika Nasional Kota Pekanbaru, AKBP Sukito, kepada awak media meluruskan 55 siswa SMP setempat yang melakukan aksi sayat tangan bukan karena minuman kemasan Torpedo melainkan akibat menonton tayangan di YouTube.
"Alasannya, mereka menyayat tangannya sendiri karena nonton di YouTube. Hasil test urine yang kami lakukan tidak terbukti mereka mengkomsumsi zat narkoba," kata AKBP AKBP Sukito.
Menurut AKBP Sukito awalnya pihaknya menerima pengaduan dari pihak sekolah adanya puluhan siswa melakukan aksi tak wajar sayat tangan. Dari laporan tersebut, pihak BNN melakukan tes urine kepada para siswa. Hasilnya tidak ada satupun siswa yang mengkomsumsi narkoba.
"Dalam pemeriksaan di BNNK mereka mengaku melakukan sayat tangan itu karena menonton aksi yang sama di YouTube," kata AKBP Sukito.
Para siswa juga mengaku sering mengkomsumsi minuman merek Torpedo. Tetapi hasil uji lab, minuman tersebut juga tidak mengandung zat yang berbahaya.
"Hasil uji labnya, minuman tersebut tidak mengandung zat yang berbahaya. Jadi tidak ada hubungan minuman tersebut dengan perilaku sayat tangan," tegas AKBP Sukito.
Pewarta: Fazar Muhardi/Vera Lusiana
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018