Setelah melihat konidisi yang ada di lapangan, ada 4 prioritas utama yang segera harus kita tangani ...

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyampaikan empat prioritas kepada jajarannya untuk menangani dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah.

"Rapat terbatas ini saya akan lebih mendetailkan pembahasan mengenai penanganan dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Gonggala, Sigi, dan Parigi Moutong. Setelah melihat konidisi yang ada di lapangan, ada 4 prioritas utama yang segera harus kita tangani," kata Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.

Rapat itu dihadiri oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, para menteri Kabinet Kerja hingga Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Muda TNI M. Syaugi.

Pertama, berkaitan dengan evakuasi korban, pencarian dan penyelematan korban yang belum ditemukan.

"Pagi ini saya minta kepala Basarnas, nanti dibantu TNI dan Polri agar menambah personelnya sehingga bisa menjangkau lebih banyak ke wilayah yang terdampak. Masuk ke Donggala, masuk ke Sigi, masuk ke Parigi Moutong," ungkap Presiden.

Ia juga meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk membantu terkait pengadaan alat berat.

"Kerahkan alat-alat berat dari tempat-tempat di sekitar Sulawesi Tengah dan juga bisa memakai alat berat milik swasta," tambah Presiden.

"Kedua, yang berkaitan dengan pertolongan medis, saya melihat kemarin di lapangan, terutama tenda-tenda yang dipakai untuk penanganan para korban masih sangat kurang sekali sehingga saya minta kementerian yang masih memiliki tenda besar agar segera dikirimkan ke Palu, Donggala, Parigi Moutong, Sigi, terutama yang berkaitan dengan penanganan korban di lapangan," kata Presiden.

Presiden juga meminta agar kapal TNI, rumah sakit TNI, agar segera masuk ke daerah bencana.

"Saya minta menteri kesehatan memperbanyak rumah sakit lapangan karena saya lihat tidak memungkinkan korban dirawat di dalam rumah sakit. Tentu saja, pastikan kesediaan obat-obatan, tenaga medis, agar semua betul-betul tersedia," tambah Presiden.

Prioritas ketiga berkaitan dengan penanganan pengungsi dan titik-titik pengungsian.

"Pastikan semuanya ada bahan makanan, kebutuhan untuk wanita, bayi, dan anak, terutama yang berkaitan dengan penyediaan air dan MCK untuk pengungsi, betul-betul darurat karena listriknya masih padam, sehingga mencari air sangat sulit di lapangan," ungkap Presiden.

Sedangkan dari aspek keamanan Presiden meminta agar TNI dan Polri agar menjaga distribusi logistik agar betul-betul sampai ke masyarakat.

"Keempat, tentang perbaikan infrastruktur, terutama airport, jalan-jalan yang kena longsor agar segera diselesaikan. Sedangkan terkait dengan listrik, ini vital sekali. Penanganan medis tak bisa berjalan karena tidak ada listrik, air tidak didapat juga karena listrik belum menyala," tambah Presiden.

Sedangkan terkait dengan ketersediaan BBM, Presiden meminta agar BBM di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong betul-betul melimpah sehingga masyarakat terlayani apabila ingin membeli BBM.

"Kemudian kementerian PUPR agar dibantu penanganan perbaikan 'runaway airport', sehingga 'airport' di Palu bisa nromal kembali sehingga mobilisasi logistik, evakuasi korban bisa dilakukan, dan juga saya minta Menteri Perhubungan mendorong agar pesawat-pesawat komersial bisa berjalan normal kembali," tegas Presiden.

Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) sore. Gempa tersebut mengakibatkan sedikitnya korban tewas 844 jiwa. Sedangkan korban luka berat mencapai 632 orang, hilang 90 orang dan 48.025 jiwa warga yang mengungsi dan tersebar di 103 titik.

Gubernur Sulteng Longki Djanggola sudah menerapkan masa tanggap darurat bencana di provinsi itu selama 14 hari berlaku sejak 28 September hingga 11 Oktober 2018. Daerah yang terdampak meliputi Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong.

Dari korban meninggal tersebut, 821 orang berasal dari Kota Palu (744 orang sudah teridentifikasi), 11 orang dari Donggala dan 12 orang dari Parigi Moutong.

Listrik padam
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB), dari 7 gardu listrik induk, 5 di antaranya padam dan hanya 2 unit gardu di Pamona dan Posko yang dapat menyuplai listrik ke Tentena dan Poso.

PLN sudah membawa 8 genset untuk disebar di Palu dan Donggala sedangkan untuk kebutuhan BBM, Pertamina sudah menerbangkan 4.000 liter solar dengan pesawat pada Senin (1/10).

Kondisi saat ini, listrik PLN dan SPBU masih padam, terjadi kebocoran pipa dan air tumpah, masih terjadi gempa susulan, jalan rusak, pasar dan toko tutup dan muncul likuifaksi atau lumpur dari bawah tanah dan menghanyutkan bangunan.

Selain warga setempat, ada juga 114 orang warga negara asing yang diketahui berada di Palu dan Donggala saat bencana, sebagian dari mereka sudah dievakuasi namun ada juga yang kondisinya belum diketahui.

Saat ini para pengungsi membutuhkan banyak tenda, matras, selimut, makanan, dan kebutuhan pokok lain. Pemerintah juga mengizinkan warga korban gempa mengambil barang di minimarket dan pemerintah yang akan membayarnya. Sedangkan untuk akses transportasi, Pelabuban Pantoloan dan Donggala sudah operasional.

Polri sudah mencegah penjarahan dengan mendatangkan 1.000 orang pasukan ditambah pasukan TNI sebanyak 1.300 orang ke Palu. Sementarai Kementerian Keuangan mencairkan dana Rp560 miliar untuk gempa di wilayah Sulawesi Tengah tersebut.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018