Malang (ANTARA News) - Indonesia masih menjajaki tiga jenis pesawat pengganti OV-10 Bronco dari Brasil, Cina dan Korea Selatan. "Kondisi pesawat tempur sudah sangat tua bahkan pesawat itu sudah tidak diproduksi lagi," kata Menteri Pertahanan (Menhan), Juwono Sudarsono, usai meninjau kesiapan Markas Divisi-2/Kostrad dan Pangkalan Udara Abdulrahmansaleh (ABD) di Malang, Rabu. Ia mengatakan pengadaan pesawat pengganti OV-10 Bronco akan diajukan setelah 2009 mengingat hingga dua tahun mendatang Indonesia masih memprioritaskan pengadaan pesawat angkut seperti C130 Hercules. Sementara itu, Kepala Dinas Aeronautica Mabes TNI AU Marsekal Pertama Sunaryo mengatakan dari 8 peserta OV-10 yang kini dimiliki TNI AU, hanya empat yang siap. "Atau rata-rata kesiapan dari pesawat OV-10 yang kita miliki hanya tiga," kata Sunaryo. Ia menambahkan dari sisi jam terbang, pesawat OV-10 masih layak untuk digunakan namun dari segi `fatique flight` pesawat tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. "Dari sisi jam terbang pesawat OV-10 yang kita miliki baru mengantongi 7.200 dari seharusnya 7.500. Tetapi dari sisi fatique flight, pesawat itu sudah tidak mungkin digunakan karena usianya hanya 18 tahun," kata Sunaryo. Pesawat tempur jenis OV-10 Bronco dibuat pada 1976 dan mulai digunakan TNI AU sejak 1979. Dari sembilan unit pesawat tersebut, hanya empat yang dinyatakan siap. Karena itu, tambah dia, sudah saatnya pesawat OV-10 Bronco tersebut "dipensiunkan" dan diganti dengan pesawat baru sejenis. Tiga pesawat pengganti antara lain Super Tocano dari Brasil dan K-1B dari Korea Selatan, serta dari Cina yaitu pesawat K08. Sebelumnya, Markas Besar TNI AU telah mengajukan penggantian sejumlah pesawat tempur yang telah berusia di atas 15 tahun kepada Dephan. Beberapa jenis pesawat tempur yang akan diganti itu adalah OV-10 Bronco, F-5 Tiger, Hawk MK-53 dan pesawat angkut Fokker-27 dan Helikopter Sikorsky. Pada 21 Juli 2005 pesawat sejenis jatuh saat melakukan latihan rutin hingga menewaskan tiga awaknya. Dan pada Senin (23/7) pesawat tempur taktis atau pesawat pembom ringan dengan senjata bom, peluru, dan roket juga jatuh saat melakukan latihan ringan di sekitar Pangkalan Udara Abdurrahman Saleh, Malang. Akibat kecelakaan itu, kopilot Letda Pnb Elysius Quintarumiarsa meninggal dunia dan pilot Mayor Pnb Danang Setiabudi luka-luka. Jenazah Elysius langsung disemayamkan di Skuadron 21 Lanud Abdurrahman Saleh dan akan dimakamkan Selasa (24/7) di Taman Makam Pahlawan Senopati Malang. Kasau Herman Prayitno langsung terbang ke Lanud ABD untuk melayat dan meninjau langsung kondisi Skuadron 21 yang merupakan `home base` dari pesawat OV-10 Bronco. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007