Malang (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia tengah mengkaji keterlibatan dua bank asing dari Korea Selatan dan Rusia untuk pembiayaan pembelian enam pesawat jet tempur Sukhoi SU30-MK senilai 350 juta dolar Amerika.
"Tim kita masih menelaah keterlibatan dua bank asing dalam pembiayaan enam Sukhoi yang nota kesepahaman pembeliannya sudah ditandatangani kedua pemerintah," kata Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono usai meninjau kesiapan Markas Divisi-2/Kostrad dan Pangkalan Udara Abdulrahmansaleh (ABD) di Malang, Rabu.
Ia mengatakan sampai saat ini proses pembelian enam pesawat jet tempur Sukhoi dari Rusia sudah selesai, tingal menunggu persetujuan Departemen Keuangan mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk membeli pesawat tempur tersebut.
Menhan menegaskan pembelian enam pesawat Sukhoi tersebut tidak termasuk dalam alokasi kredit negara dari Rusia senilai 1 Miliar dolar Amerika.
"Pembelian enam pesawat Sukhoi telah masuk anggarannya dalam alokasi kredit ekspor 2004 -2009. Jadi tidak termasuk dalam kredit negara yang diberikan pemerintah Rusia," kata Juwono.
Dia menambahkan proses kelanjutan dari pembelian enam pesawat Sukhoi termasuk tentang hubungan kerja sama pertahanan antara RI dan Rusia akan dibicarakan dalam kunjungan presiden Rusia Vladimir Putin pada awal September 2007.
Dalam kunjungannya ke pangkalan udara Abdulrahmansaleh dan Divisi-2/Kostrad, Menhan menyimpulkan ketersediaan suku cadang dan Alat utama sistem senjata (ALutsista) sudah tidak memadai.
"Rata-rata usia suku cadang dan alutsista, baik yang dimiliki TNI AU di lanud Abdulrahmansaleh dan TNI AD di Divisi-2/Kostrad, sudah tua," katanya.
Tetapi, lanjut Menhan, TNI tetap harus dapat menggunakan keterbatasan anggaran yang ada untuk memelihara kesiapan masing-masing Alutsista yang dimilikinya.
Khusus untuk Angkatan Udara, tambah Menhan, dalam 5 - 10 tahun ke depan masih akan difokuskan pada peningkatan kesiapan pesawat angkut seperti C130 Hercules karena pesawat tersebut mempunyai mobilitas yang tinggi baik dalam operasi militer maupun operasi militer selain perang.
"Meski demikian tidak berarti kita mengabaikan satu pemukul atau striking force seperti pesawat tempur. Jadi, kita tetap melanjutkan pengadaan pesawat Sukhoi sebagai salah satu unsur pemukul," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007