"Pengamanan terhadap objek yang sudah dijarah oknum warga sudah kita lakukan. Koordinasi dengan Polda, Korem XIII Merdeka serta personel kita kerahkan, namun demikian masih ada saja cara penjarah melakukan itu," kata Komandan Penerangan Kodam XIII Merdeka Kolonel Infrantri TNI Tohir di Palu, Senin.
Selain itu, bila dilihat fenomennya perilaku tersebut bukan lagi menjarah makanan, tapi kemudian berkembang menjarah barang-barang lainnya yang berharga.
"Kami sampaikan bahwa mereka bukan lagi menjarah makanan tapi menjarah barang lainnya, ini sudah perbuatan kriminal dan ditindak tegas bila masih ada melakukan itu," ujarnya.
Pihaknya berharap dengan kejadian itu masyarakat mesti sadar akan stabilitas keamanan dan perekonomian di Palu, Sulteng, sebab bukan hanya tugas dari aparat keamanan tapi seluruh pihak terkait dan masyarakat itu sendiri.
"Ini bukan pekerjaaan aparat saja, tapi harus ada bantuan serta kerja sama dari stakeholder juga masyarakat. Untuk itu, kami mengajak, mari kita sama-sama bahu membahu mengembalikan stabilitas keamanan dan perekonomian kota agar bencana kemanusiaan ini bisa segera selesai," katanya.
Sebelumnya, sejumlah oknum warga melakukan perbuatan melanggar hukum dengan menjarah toko makanan. Semua toko swalayan (minimarket) disikat penjarah termasuk mengambil BBM sampai merusak SPBU pascagempa di hari pertama dan kedua.
Hingga dihari ketiga para oknum ini mulai menjarah toko bangunan dan elektronik termasuk gudang di pelabuhan pantoloan, Kota Palu. Mereka menjarah tanpa memikirkan perbuatan itu adalah pelanggaran hukum.
Stabilitas keamanan dan perekonomian pascagempa di Kota Palu dan sekitarnya terganggu, pemerintahan lumpuh, membuat perputaran ekonomi berhenti dan berdampak menipisnya stok bahan makanan sehingga memicu terjadinya penjarahan dimana-mana. Pemerintahan saat gempa hingga pasca di Kota Palu Provinsi Sulteng mengalami stagnansi.
Bantuan logistik pun terus mengalir. Namun beberapa bantuan yang hendak ke Palu tertahan oleh oknum warga di wilayah Donggala serta perbatasan Pasang Kayu untuk mengambil logistik tersebut dengan alasan lama menunggu bantuan logistik.
Dijarah
Sebelumnya dilaporkan Antara bahwa stabilitas keamanan di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah dan sekitarnya pascagempa menghawatirkan karena sering terjadi penjarahan di mana-mana. Pasokan bahan bakar minyak (BBM) sempat tidak ada karena ikut dijarah, hingga stok bahan makanan sangat kurang.
"Banyak orang ambil barang di toko, mereka merusak pintunya, dicungkil. Bahaya kalau begini terus," tutur Safar warga Palu usai menyaksikan penjarahan di Kota Palu, Senin.
Menurut dia, bila stabilitas keamanan di Kota Palu tidak kondusif maka akan sangat rawan terjadi konflik horisontal apabila aparat keamanan tidak bertindak tegas kepada oknum-oknum yang memprovokasi warga lain ikut menjarah.
"Itu sudah perbuatan kriminal apalagi mengambil barang-barang orang tanpa seizinnya. Aparat hukum harus menindaki mereka," ujar dia.
Pantauan pascagempa, sejumlah orang melakukan penjarahan di toko-toko supermaket seperti Alfamart di semua titik kota. Barang pajangan pun habis diambil orang. Selain itu juga aksi penjarahan meluas ke toko bangunan dan toko-toko lainnya.
Hingga saat ini kondisi di Kota Palu masih kondusif, namun tetap waspada terhadap aksi oknum kelompok warga yang memanfaatkan kondisi seperti ini untuk melakukan penjarahan.
Selain itu, pada situasi lain masyarakat di Palu juga membutuhkan ketersediaan air bersih, listrik hingga gas dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tiga hari pascagempa bumi di Kota Palu, Kabupatenh Donggala dan wilayah sekitarnya, masyarakat mulai beraktivitas tetapi belum berjalan normal.
Sementara itu bantuan kemanusiaan dari berbagai daerah tampak terus berdatangan dan disalurkan terpusat di Markas Korem 132/Tadulako, Sulawesi Tengah.
Meskipun demikian masih banyak warga belum mendapatkan bantuan kemanusiaan itu. TNI terus berusaha menenangkan warga agar tidak panik.
Seorang perwakilan warga di Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulijadi Palu Kota, Alexsander Manggabarani mengaku kecewa karena sudah seharian menunggu pembagian sembako, namun belum mendapatkannya.
"Sejak pascagempa tiga hari ini kami kekurangan makanan. Hari ini kami hanya makan pisang, padahal jumlah warga sebanyak 189 orang, tidak ada dapur umum. Kami susah dan sudah melapor ke Wali Kota Palu dan Gubernur Sulteng," tuturnya di Markas Korem 132/Tadulako.
Selain itu, obat-obatan serta air bersih tidak tersedia sehingga warga terpaksa menjarah makanan karena tidak diperhatikan pemerintah setempat.
"Kasian anak-anak di sini, tenda sudah rusak, rumah rusak, tidak ada bantuan kemanusiaan. seharian kami ini tidak mendapatkan bantuan sembako sehingga terpaksa menjarah makanan," katanya.
"Kasian anak-anak di sini, tenda sudah rusak, rumah rusak, tidak ada bantuan kemanusiaan. seharian kami ini tidak mendapatkan bantuan sembako, padahal warga sangat berharap bisa dapat makanan dan air bersih," ungkapnya
Baca juga: PMI memfokuskan evakuasi korban gempa dan tsunami Donggala-Palu
Baca juga: Delapan WNA korban gempa Donggala belum ditemukan
Baca juga: Ada kemungkinan KPK mengawasi bantuan gempa di Sulawesi Tengah
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018