Jakarta (ANTARA News) - Festival Film Indonesia tak cuma soal penghargaan tahunan, kini FFI jadi entitas yang fokus meningkatkan kualitas film Indonesia.

Perubahan itu dimulai dengan membuat Komite FFI dengan masa kerja tiga tahun, yakni 2018-2020, yang diketuai Lukman Sardi. Ia dibantu oleh Catherine Keng sebagai sekretaris, Edwin Nazir (Keuangan & Pengembangan Usaha), Lasja F. Susatyo (Program), Nia Dinata (Penjurian) dan Coki Singgih (Komunikasi).

"Terobosan ini baik, karena untuk mencapai kualitas perlu program berkesinambungan oleh institusi FFI," kata Lukman dalam kata sambutan di malam launching FFI 2018-2020 di Jakarta, Senin malam.

FFI, kata Lukman, lebih dari sekadar malam penghargaan untuk orang-orang yang berkecimpung di dunia film.

FFI sudah membuat program lain seperti Indonesia Movie Week, pelatihan tingkat pakar (master class), kolaborasi komunitas, literasi hingga apresiasi publik.

Film panjang yang bisa diseleksi adalah setiap film yang sudah tampil di tayangan berbayar dalam rentang 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018.

"Film panjang yang bisa masuk sudah harus lulus sensor. Kalau sudah tayang, otomatis sudah lulus sensor," jelas Lukman.

Sementara kriteria film pendek yang dapat masuk seleksi adalah film yang durasi maksimalnya 50 menit.

Sistem penjurian tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu yang melibatkan setiap asosiasi perfilman.

Nominasi dipilih berdasarkan rekomendasi asosiasi profesi dan komunitas. Sementara pemilihan pemenang dilakukan perwakilan yang ditunjuk asosiasi profesi dan komunitas ditambah 10 juri mandiri.

Penjurian oleh asosiasi profesi dan komunitas akan berlangsung pada 2-25 Oktober 2018. Seluruh proses penjurian diawasi konsultan publik independen Deloitte Consulting.

Pengumuman nominasi akan berlangsung pada 6 November 2018, bersamaan dengan malam apresiasi untuk orang-orang yang berperan penting di dunia perfiman.

Sementara itu, 23 kategori Piala Citra FFI 2018 akan diumumkan dalam Malam Anugerah pada Desember 2018 di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

"(Jakarta dipilih) lebih ke sisi kepraktisan," ujar Lukman, menambahkan kebanyakan pelaku-pelaku industri masih berdomisili di Jakarta sehingga lebih mudah mengadakan Malam Anugerah di Ibu Kota.

Meski demikian, bukan berarti kota-kota lain dianggap tidak sepenting Jakarta. Bakal ada program-program FFI lain yang dilangsungkan di daerah, misalnya lokakarya, yang akan dihadiri langsung oleh para pelaku perfilman.

Baca juga: Secuil kisah di balik Piala Citra 2017

Baca juga: FFI pastikan sistem penjurian film terawasi

Baca juga: Riri Riza nilai nominasi FFI 2017 cukup beragam

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018