Jakarta (ANTARA News) - Indonesia membutuhkan bantuan dari 18 negara yang menawarkan bantuan, berupa tenda, genset dan fogging untuk penanganan korban pascagempa yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

"Tenda butuh banyak. Air bersih sulit didapat, sumber air bersih tidak banyak. Sumur pompa butuh listrik. Listrik dipastikan sangat rendah sekarang, sehingga akan diminta bantuan genset dari negara donor ini," kata Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin.

Selain itu, Indonesia akan menerima bantuan di bidang medis. Tenaga medis dan fogging diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran penyakit.

"Rumah sakit lapangan, kemudian juga tenaga medis kita akan menerima itu, kemudian juga fogging. Ada satu jenis fogging untuk menetralisir kemungkinan jenazah yang terlambat dikubur yang bisa menimbulkan penyakit," kata mantan panglima TNI ini.

"Jangan sampai kejadian tsunami di Aceh itu terulang. Sehingga sebabkan benih penyakit yang bisa menyerang," tuturnya.

Saat ini, Kementerian Luar Negeri diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman M Fachir sedang berkoordinasi dengan negara yang akan memberi bantuan.

"Wakil Menteri Luar Negeri sedang mengumpulkan para duta besar negara donor yang sudah siapkan atau menawarkan membantu. Mereka berkumpul dengan Wakil Meneteri Luar Negeri untuk membicarakan itu. Saya tungggu hingga malam ini," kata Wiranto.

Sebanyak 18 negara sahabat menawarkan bantuan penanganan bencana gempa bumi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah yang telah menewaskan 844 orang dan meluluhlantakkan bangunan di wilayah itu.

"Sudah ada 18 negara yang menawarkan bantuan untuk membantu bencana di Palu," katanya.

Ke-18 negara itu adalah Amerika Serikat, Perancis, Ceko, Swiss, Norwegia, Hongaria, Turki, Uni Eropa, Australia, Korsel, Arab Saudi, Qatar, New Zealand, Singapura, Thailand, Jepang, India dan China. Termasuk tawaran bantuan organisasi internasional, UNDP.

Wiranto mengatakan, keputusan untuk menerima bantuan internasional merupakan suatu keterbukaan bahwa Indonesia sudah menjalin persahabatan dan kerja sama dengan banyak negara.

"Bahkan, kunjungan Presiden Jokowi ke negara-negara sahabat itu dalam rangka menjalin hubungan yang erat, baik bilateral maupun multilateral. Disanalah terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan saling membantu, sehingga pada saat tawaran-tawaran dari negara sahabat untuk membantu penanganan bencana di Palu sudah begitu banyak, maka tentu kita mengapresiasi bantuan tersebut," ucapnya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018