Jakarta, (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ini bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp14.879 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.896 per dolar AS.
"Data inflasi yang terjaga menjadi salah satu faktor yang menopang pergerakan mata uang rupiah," kata Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Menurut dia, terjaganya laju inflasi memberi harapan perbaikan bagi fundamental ekonomi dalam negeri. Situasi itu direspons positif pelaku pasar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2018 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen. Dengan demikian, maka tingkat inflasi tahun kalender Januari-September 2018 sebesar 1,94 persen, dan inflasi tahun ke tahun (yoy) mencapai 2,88 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan sentimen positif lainnya datang dari harga minyak mentah sekitar 73 dolar AS per barel. Kenaikan itu berdampak pada harga komoditas lainnya dan berdampak pada mata uang domestik. "Komoditas merupakan salah satu ekspor bagi Indonesia," katanya.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude menguat 0,33 persen menjadi ke posisi 73,49 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude naik 0,51 persen ke posisi 83,24 dolar AS per barel.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (1/10), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.905 dibanding sebelumnya (28/9) di posisi Rp14.929 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah relatif terjaga setelah kenaikan bunga acuan
Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah jadi RP14.900
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018