Jakarta (ANTARA News) - Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan padang lamun seluas 150.693,16 hektare di Indonesia mampu menyerap karbon sebesar 992,67 kiloton (kt) per tahun atau setara dengan 3,64 mega ton (Mt) karbondioksida (CO2) per tahun.

"Dengan laju serapan karbon sebesar 6,59 ton per hektare per tahun, padang lamun di Indonesia memiliki total serapan sebesar 992,67 kt," kata peneliti Laboratorium Biogeokimia Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Aan J Wahyudi dalam acara penyampaian status padang lamun Indonesia 2018 di Kantor Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta Utara, Senin.

Aan menuturkan ekosistem padang lamun mampu menyerap dan menyimpan karbon baik di dalam vegetasi maupun di dalam substrat tempat lamun tumbuh.

"Dengan padang lamun seluas 150.693,16 hektare, Indonesia memiliki potensi cadangan dan serapan yang cukup besar," tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan padang lamun di Indonesia rata-rata meyimpan cadangan karbon sebesar 0,94 ton per hektare (ha) atau total 141,98 kt.

Karakteristik komunitas lamun yang beragam memiliki cadangan karbon yang berkisar dari 0,34 ton per ha sampai dengan 1,53 ton per ha.

Secara umum, komunitas padang lamun itu didominasi oleh jenis lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii sehingga kedua jenis tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap nilai cadangan karbon.

Sementara itu, ekosistem padang lamun di Indonesia mampu menyimpan karbon sebesar 558,35 ton per ha di dalam substrat atau total karbon sebesar 84,14 Mt.

"Cadangan karbon di dalam substrat dapat tersimpan dalam kurun waktu yang lama," ujarnya.

Pengukuran cadangan dan serapan karbon yang lebih menyeluruh diperlukan untuk mendapatkan data yang lebih representatif.

Selain itu, nilai cadangan karbon total dapat lebih tinggi dari estimasi saat ini karena masih ada area lamun yang belum dihitung atau dipetakan.


Baca juga: LIPI: kondisi padang lamun Indonesia kurang sehat
Baca juga: LIPI rumuskan indeks kesehatan mangrove dan lamun

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018