Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah pertemuan bertaraf internasional yang direncanakan di Bali selama September - Desember 2007 dengan melibatkan tidak kurang 10.000 peserta hingga kini belum ada yang dibatalkan, terkait isu flu burung di Pulau Dewata tersebut. "Semua kegiatan yang melibatkan peserta dari berbagai negara di belahan dunia dilaksanakan sesuai jadual," kata Gubernur Bali Drs Dewa Beratha di Denpasar Rabu. Ia mengatakan, berbagai kegiatan bertaraf internasional yang akan digelar di Bali hingga akhir Desember mendatang antara lain pertemuan jaksa, pertemuan para pencinta tanaman langka (bonsai) dan pameran aneka jenis batu-batuan. Selain itu juga pertemuan antara pembeli dan penjual jasa pariwisata (Pata) dan konferensi perubahan iklim global yang melibatkan peserta dari ratusan negara. "Mudah-mudahan semua kegiatan internasional berlangsung sesuai jadual, tidak ada yang mengalami perubahan atau pembatalan," harap Gubernur Beratha. Ia menambahkan, demikian pula kunjungan wisatawan mancanegara tetap normal yakni rata-rata 5.700 orang per hari. Pariwisata Bali yang menjadi tumpuan harapan sebagian besar masyarakat setempat mengalami cobaan silih berganti. Keterpurukan pariwisata pascatragedi bom 12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005 yang baru saja mulai bangkit, kini kembali diterpa kasus AI. Ancaman flu burung yang telah merenggut dua korban jiwa dari sepuluh pasien yang sempat dirawat intensif di RSUP Sanglah Denpasar diimbangi dengan tindakan yang serius dan kesungguhan untuk mengatasinya secara tuntas. Bali yang menyandang predikat sebagai Pulau wisata terbaik di dunia selama delapan tahun terakhir versi "Travel+Leisure", majalah pariwisata terkemuka di Amerika Serikat, menurut Gubernur Bali Drs Dewa Beratha, sebenarnya telah melakukan antisipasi AI sejak 2003. "Selama empat tahun Bali lolos dari serangan flu burung, namun secara tiba-tiba telah merenggut korban jiwa," kata Gubernur Beratha. Kedelapan Pemkab dan satu Pemkot bersama masyarakat setempat melakukan gerakan spontanitas memerangi flu burung di wilayah lingkungannya masing-masing, agar kasus tersebut tidak merebak lebih luas. Masyarakat dengan kesadarannya sendiri memusnahkan semua jenis unggas dalam radius satu kilometer dari rumah korban yang positif terinfeksi virus flu burung H5N1. Selain itu melakukan penyemprotan secara massal dengan menggunakan disinfektan menjangkau seluruh wilayah. Kondisi itu berbalik seratus persen, karena sebelumnya petugas dengan susah payah mendekati masyarakat untuk memusnahkan unggas yang tertular virus flu burung, akhirnya sekarang kesadaran itu justru muncul dari masyarakat sendiri.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007