Bahan makanan yang menyumbang deflasi antara lain daging ayam ras 0,13 persen, bawang merah 0,05 persen, ikan segar 0,04 persen, dan telur ayam ras 0,03 persen
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan turunnya harga bahan makanan menjadi penyebab terjadinya deflasi pada September 2018 sebesar 0,18 persen.
"Terjadi deflasi karena harga beberapa bahan makanan menurun," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Suhariyanto mengatakan kelompok bahan makanan dalam periode ini menyumbang deflasi sebesar 1,62 persen, karena harga-harga komoditas tercatat mengalami penurunan.
Bahan makanan yang menyumbang deflasi antara lain daging ayam ras 0,13 persen, bawang merah 0,05 persen, ikan segar 0,04 persen, telur ayam ras 0,03 persen, cabai rawit 0,02 persen, dan komoditas sayuran 0,01 persen.
Kelompok lainnya yang mengalami deflasi adalah transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen akibat turunnya tarif angkutan udara.
"Kelompok transportasi memberikan deflasi, karena terjadi penurunan tarif angkutan udara di 82 kota, setelah puncaknya pada Ramadhan dan Lebaran, kecuali di Bengkulu," ujarnya.
Meski demikian, Suhariyanto memastikan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masih mengalami inflasi tinggi pada September 2018 sebesar 0,54 persen.
"Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga ini dipengaruhi oleh kenaikan uang kuliah akademi dan perguruan tinggi," katanya.
Sedangkan, kelompok lainnya yang mengalami inflasi adalah kesehatan 0,41 persen, sandang 0,27 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,29 persen dan perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,21 persen.
Dengan September tercatat deflasi, maka tingkat inflasi tahun kalender Januari-September 2018 sebesar 1,94 persen, dan inflasi tahun ke tahun (yoy) mencapai 2,88 persen.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen, tercatat sebanyak 66 kota menyumbang deflasi dan 16 kota masih mengalami inflasi.
Deflasi rendah terjadi di Pare sebesar 1,59 persen, sedangkan deflasi rendah terjadi di Tegal, Singkawang, Samarinda dan Ternate masing-masing 0,01 persen.
Sementara itu, inflasi tinggi terjadi di Bengkulu yaitu 0,59 persen dan inflasi rendah terjadi di Bungo sebesar 0,01 persen.
"Inflasi tinggi di Bengkulu terjadi, karena adanya kenaikan tarif angkutan udara, penyebabnya ada penyelenggaraan festival, sehingga permintaan angkutan udara meningkat," kata Suhariyanto.
Baca juga: BPS catat September deflasi 0,18 persen
Baca juga: Nantikan pengumuman BPS, IHSG dibuka melemah tipis
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018