Apabila kemarau panjang terus terjadi, musim tanam padi pun akan mundur
Jakarta (ANTARA News) - Studi Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) menyebutkan 39,6 persen dari 14 kabupaten sentra padi mengalami penurunan produksi sebesar 39,3 persen akibat kemarau panjang.
"Kalau basah biasanya produksi padi meningkat. Namun, kalau kering, biasanya produksi padi menurun,” kata Ketua AB2TI Dwi Andreas dalam keterangan yang diperoleh di Jakarta, Senin.
Menurut dia, penurunan produksi pada musim kemarau memang bukan hanya terjadi pada 2018, namun setidaknya sudah berlangsung selama delapan tahun terakhir.
Apabila kemarau panjang terus terjadi, lanjut Andreas, musim tanam padi pun akan mundur dibandingkan waktu normal. Biasanya siklus tanam pada musim hujan dimulai pada Oktober hingga Desember.
Namun, dengan kondisi kemarau tahun ini, dimulainya musim tanam bisa mundur sebulan menjadi November.
Hal tersebut, menurut Andreas, tentunya akan membuat panen padi menjadi terlambat dibandingkan waktu normal. Pada akhirnya, stok beras nasional akan berkurang untuk menutupi produksi yang telat.
"Kalau musim tanamnya mundur, katakanlah satu bulan, maka berarti stok yang ada akan terkuras 2,5 juta ton lagi," ujarnya.
Kemarau panjang di sebagian besar wilayah Indonesia telah menyebabkan dampak kekeringan bagi kebutuhan air bersih masyarakat maupun lahan pertanian khususnya padi dan jagung.
Sentra pangan Indonesia yang tersebar di beberapa provinsi pun tak luput dari ancaman paceklik kali ini.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, meskipun kondisi musim kemarau masih terbilang normal, akan tetapi bencana kekeringan tetap melanda beberapa tempat di wilayah Indonesia.
"Khususnya di Jawa dan Nusa Tenggara. Kemarau menyebabkan pasokan air berkurang, debit sungai menurun, tinggi muka air di danau dan waduk menyusut. Sumur kering sehingga masyarakat mengalami kekurangan air," katanya.
Sutopo menyebut kekeringan telah melanda 11 provinsi yang terdapat di 111 kabupaten/kota, 888 kecamatan, dan 4.053 desa yang di antaranya adalah daerah-daerah sentra beras dan jagung, seperti Jatim, Jateng, Jabar, Sulsel, NTB, Banten, Lampung, dan beberapa provinsi lainnya.
Baca juga: Mentan: produksi padi berjalan baik saat kemarau
Baca juga: Produksi padi selama kemarau normal
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018