Parahnya lagi, perajin lain itu menjual barang dengan desain yang sama tapi dengan harga murah.
Perabotan cantik berwarna putih mengilap yang terbuat dari kerang menghiasi salah satu stan pameran KriyaNusa 2018 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.
Beberapa pengunjung yang didominasi ibu-ibu melirik wadah hingga lampu hias dari kulit kerang itu.
Penjaga stan "Citra Handicraft" itu menghampiri pengunjung yang berminat dengan barang kerajinan kerang sambil terus promosi.
"Ayo silakan, ini semua terbuat dari kerang simping dan dara atau darah," ujar penjaga stan, Atik.
Kerajinan kerang seperti lampu berukuran setengah badan orang dewasa seharga Rp2,5 juta menarik perhatian para pengunjung pameran yang berseliweran.
Atik yang juga pegawai "Cici Handicraft", mengaku banyak belajar selama bekerja dengan perajin kerang Cici Sri Sulastri.
Perajin kerang asal Banten itu, memulai usaha kerajinannya sejak 2009 karena membludaknya bahan baku kerang di sekitar tempat tinggalnya.
Proses pembuatan kerajinan barang dari kerang membutuhkan waktu beragam, tergantung tingkat kesulitan suatu produk ekonomi kreatif tersebut.
Misalnya, wadah sabun batang yang membutuhkan waktu tak lama sehingga produksi bisa mencapai sepuluh buah per hari.
Cici memiliki 14 pekerja, terdiri atas empat pegawai tetap, sedangkan sisanya pekerja harian.
Atik mengungkapkan proses pengolahan kerang hingga menjadi produk kerajinan bernilai tinggi cukup sulit.
Pembuatan produk kerajinan dimulai dari pencucian, penjemuran, pembakaran, hingga pengecatan.
Pekerja biasanya kesulitan saat membuat barang berbentuk cekung karena harus dirangkai satu demi satu kerang yang telah dipisahkan dari isinya.
"Itu membutuhkan ekstra kesabaran karena harus dirangkai satu per satu kerangnya," kata Atik.
Walaupun bukan kaca atau keramik, produk yang diinisiasi Cici itu mendapat respons, baik pasar setempat, bahkan pasar dunia.
Ekspor barang kerajinan kerang rutin dilakukan ke Afrika dan India.
Keberhasilan kegiatan ekspor kerajinan kerang bukan berarti tidak menuai hasil di Indonesia, justru pelanggan tetap Cici berasal dari Ambon (Provinsi Maluku) dan Kendari (Sulawesi Tenggara).
Tentu saja kerajinan produk kerang menghasilkan keuntungan yang tak sedikit.
Atik mengatakan keuntungan kotor yang didapat sekitar Rp50 juta dalam sebulan.
"Itu baru keuntungan kotor, sebab biaya bea cukai yang bikin mahal ekspor," ujar dia.?
Di sela-sela pameran, pewarta Antara mencoba memegang wadah dan kotak tisu yang dipamerkan "Citra Handicraft". Barang yang dipajang tidak berat, sepertinya nyaman untuk dipakai dalam keseharian.
Lucunya, ada hiasan guci berbentuk ikan pari yang dibentuk dari kerang hitam, jam, dan botol sabun.
Namun, Atik menyayangkan perilaku pengusaha lain yang sering mencuri ide dari produk kerajinan "Citra Handicraft".
"Parahnya lagi, perajin lain itu menjual barang dengan desain yang sama tapi dengan harga murah," ungkap dia.
Hal itu disebabkan tidak adanya hak paten produk kerajinan yang dikeluarkan Cici.
Atik bersyukur pelanggannya tetap memilih suvenir kerang dari "Citra Handicraft" karena kualitas yang terjamin.
Tentang pemilik studio suvenir kerang itu, Cici aktif melakukan pelatihan atau lokakarya seputar kerajinan kerang, seperti di Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta.
"Tempo hari kami menggelar pelatihan di Dinsos DKI Jakarta yang diikuti 37 orang dan kebanyakan ibu-ibu pejabat antusias mengikutinya," kata Atik.
Dari sekian banyak barang yang dihasilkan Cici, tempelan kulkas menjadi favorit para pembeli.
Para pelanggan juga bisa memesan produk kerang sesuai desain yang diinginkan.
Studio "Citra Handicraft" beralamatkan di Jalan Benda Barat XI, Perumahan Griya Pamulang 2 Blok C4/11, Tangerang Selatan, Banten atau bisa menghubungi via daring di Instagram @kerang_citra_handicraft.
Cici, salah seorang peserta Pameran KriyaNusa 2018 yang merupakan agenda tahunan digelar Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).
Pada tahun ini, penyelenggara mengangkat tema "Tingkatkan Sinergitas & Kreativitas Wirausaha Milenial" sebagai bentuk perajin menangkap peluang pada era milenial dan menyesuaikan produk dengan hal yang populer di pasar.
Sekitar 313 stan kerajinan dan 21 stan kuliner berpartisipasi dalam Pameran KriyaNusa 2018.
Pameran digelar pada 26-30 September 2018 di Balai Sidang JCC, Jakarta Pusat. Pengunjung gratis masuk arena pameran itu.
Busana
Salah satu item lainnya yang mencolok dalam pameran, yakni busana.
Dekranas mendorong para desainer daerah untuk berkolaborasi dengan sejumlah perancang busana ternama melalui pergelaran busana pada Pameran KriyaNusa 2018.
"Berbeda dari pameran KriyaNusa sebelumnya, tahun ini kita (Dekranas, red.) mencoba mendorong para desainer daerah untuk berkolaborasi dengan desainer dari pusat. Jadi, tiap desainer daerah yang terlibat pada peragaan busana akan didampingi oleh sejumlah perancang ternama di Indonesia," kata Ketua Pelaksana Bidang Acara Pameran KriyaNusa 2018 Bintang Puspayoga.?
Sebanyak 10 perancang busana daerah dan 10 desainer nasional terlibat dalam peragaan busana tersebut.
Dalam peragaan busana tahun ini, desainer yang berkolaborasi dengan perancang pilihan Dekranas, berasal dari Sintang, Sabu, Cual, Donggala, Tuban, dan Ulap Doyo.
Perancang busana ternama yang dipilih Dekranas untuk mendampingi desainer daerah, antara lain Ghea Pangabean, Oscar Lawalata, Didit Maulana, Carmanita, dan Naniek Rahmat.
"Misi utama dari kolaborasi ini agar para perancang busana di daerah dapat menambah wawasan dan meningkatkan kreativitas dalam berkarya," kata Bintang.
Ia juga berharap, para perancang busana ternama itu dapat menjadi insipirasi bagi 10 desainer daerah terpilih, agar karyanya dikenal tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, akan tetapi warga dunia.
Di samping peragaan busana, Dekranas juga mengadakan acara bincang-bincang mengenai belanja daring dan pertunjukan musik persembahan Lapaze Band.*
Baca juga: IKEA perkenalkan sistem dapur Metod
Baca juga: Ekspor Bali menurun 10,25 persen
Pewarta: Tessa Qurrata Aini
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018