Jakarta (ANTARA News) - Tabuhan rebana terdengar mendendang bersaingan dengan suara musik melalui pengeras suara di Tugu Proklamasi, Jakarta.

Puluhan ibu-ibu berpakaian putih dan kerudung putih berjejer dipinggir pelataran yang beralaskan ubin keramik.

Sambil menabuh, para ibu itu melantunkan solawat menanti kedatangan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang didukungnya, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.

Para ibu-ibu dari grup qasidah Athoyibah, Kelurahan Rawa Teratai, Cakung semakin bersemangat menabuh kala pasangan Jokowi-Amin tiba di tempat itu.

"Harapannya pak Jokowi meneruskan program membagikan sertifikat gratis. Di tempat saya belum dapat," ujar Ketua tim qasidah Athoyibah, Yaya (56) kepada Antara pada Jumat (21/9).

Yaya menyampaikan keyakinannya Pemilihan Umum 2019 berjalan lancar dan tidak ada sengketa yang dapat menimbulkan bentrokan.

"Namanya beda pilihan mah semua juga beda-beda. Yang penting jangan berantem," ujar Yaya.

Hari itu memang menjadi satu momen yang penting bagi dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, baik itu Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Kedua pasangan pada malam itu mengambil nomor pemilihan presiden di gedung Komisi Pemilihan Umum sebagai nomor di surat suara nantinya pada Pemilihan Presiden 2019.

Hasil yang keluar yaitu pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapat nomor 01 sementara pasangan Prabowo-Sandiaga mendapat nomor 02.

Usai menarik undian nomor urut capres-cawapres, Jokowi dan Prabowo menyampaikan sambutannya kepada sejumlah tokoh di gedung KPU.

Jokowi mengajak seluruh masyarakat untuk mengisi Pilpres 2019 bagi pendidikan politik dan berdemokrasi yang damai.

"Saya mengajak kepada kita semua marilah kita jauhkan dari saling memfitnah, saling menghina, saling mencaci, saling menjelekkan karena ini bukan etika dan nilai-nilai yang kita anut yaitu nilai-nilai ke-Indonesiaan," tegas Capres nomor urut 01, Jokowi.

Mantan walikota Solo dua periode itu meminta agar persaingan dalam kampanye dilakukan dengan mengadu program kerja, gagasan pembangunan maupun kontes rekam jejak dan prestasi.

Capres Nomor 1 meminta para tim kampanye nya selama kontestasi untuk tidak saling merusak silaturahim dan malah memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah terjalin.

"Saya ingin meskipun kita berkontestasi, saya masih bisa bertelepon dengan Pak Prabowo, masih bisa tersambung dengan Pak sandiaga karena beliau adalah sahabat-sahabat saya sejak lama. Saya Kenal pak Prabowo sejak lama, saya kenal pak Sandi juga sudah lama," jelas Jokowi.

Dia mengatakan untuk memajukan bangsa dan negara harus melewati banyak tantangan.

"Tetapi tidak boleh kita menyerah. Hanya ada satu pilihan, Indonesia maju," tegas Jokowi.

Jokowi selalu menyampaikan pesan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa tidak hanya ketika hendak Pilpres. Bahkan saat dirinya melakukan kunjungan kerja sebagai Presiden RI ke daerah-daerah, Jokowi menyemai pesan bersatu.

.


Dia tidak ingin bangsa yang besar ini hancur hanya karena perbedaan pilihan dalam pemilu.

"Jangan sampai dengan tetangga gesekan gara-gara pilihan bupati, gubernur, pilpres, ndak! Kita ini saudara, harus semua rangkulan, kita negara besar," kata Jokowi saat kunjungan kerja di Tasikmalaya, Jawa Barat pada awal Juni 2017.

Sementara itu, calon presiden nomor 02 Prabowo Subianto pun menyuarakan hal serupa bagi para pendukungnya saat memasuki masa kampanye, yaitu menjaga ketenangan dan ketertiban.

Semangat kekeluargaan juga diminta mantan Danjen Kopassus itu untuk selalu diutamakan saat berkampanye.

"Saya menyerukan kepada seluruh jajaran, seluruh rakyat Indonesia marilah kita laksanakan pemilu dengan sejuk dengan damai dengan semangat kekeluargaan," ujar Prabowo.

Sebagai masyarakat Indonesia, Prabowo meminta warga menyikapi permasalahan bangsa sebagai persoalan keluarga besar yang diselesaikan dengan tidak emosional dan saling menahan diri.

Musyawarah pun dilakukan sejak awal oleh kedua pasangan yang menyepakati menambahkan angka 0 didepan angka yang didapat agar tidak terjadi kerancuan.

Masyarakat yang hadir pun dirasa bahagia atas hal itu. Bukan karena angka 0 saja, melainkan ketentraman melalui musyawarah kedua pasangan.

Sudah sewajarnya kampanye tidak dibubuhi oleh fitnah, "black campaign" bahkan politik uang. Persatuan bangsa ini harus terus dirawat.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018