Denpasar (ANTARA News) - Pemerintah Propinsi Bali bersama seluruh jajaran dan masyarakat setempat memerangi flu burung yang telah menularkan H5N1 pada manusia secara medis dan teknis, tanpa melupakan cara-cara ritual sesuai petunjuk para pendeta, pemimpin upacara keagamaan umat Hindu.
"Para pendeta dan sulinggih lewat pertemuannya di Pura Besakih menyarankan untuk menggelar kegiatan ritual
mulang pekelam di Selat Bali dan Selat Lombok," kata Bubernur Bali Drs Dewa Beratha di Denpasar Rabu.
Ia mengatakan, rencana itu sedang dimantapkan oleh para tokoh-tokoh umat Hindu sesuai petunjuk pendeta dan
sulinggih untuk melakukan kegiatan ritual, yang salah satunya dilengkapi dengan kambing warna hitam.
"Saran-saran secara niskala itu, kalau bertujuan baik untuk keselamatan dan kedamaian Bali beserta isinya, saya secara ikhlas dan senang hati akan laksanakan," ujar Gubernur Beratha.
Ia menjelaskan, jika kegiatan ritual untuk menangkal kasus flu burung jadi dilakukan, pelaksanaannya akan dilakukan pada hari baik, yakni pada bulan mati (Tilem) yang jatuh pada hari Selasa 11 September mendatang.
Bali dengan segala kemampuan dan kekuatan bertekad dapat mengatasi serta antisipasi agar kasus yang mematikan itu dapat ditanggulangi secara tuntas.
Upaya tersebut antara lain memusnahkan seluruh jenis unggas dalam radius satu kilometer dari korban yang positif terinfeksi H5N1, melakukan penyemprotan massal ke seluruh wilayah yang dilakukan oleh masing-masing Pemkab dan Pemkot.
Selain itu membentuk tim terpadu penanggulangan flu burung, penutupan wilayah terhadap pemasukan unggas, membentuk tim penelusuran penyakit serta menyiapkan tiga rumah sakit untuk menerima rujukan pasien yang diduga terjangkit flu burung, ujar Gubernur Beratha.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007