Gorontalo (ANTARA News) - Sebanyak tiga atlet paralayang asal Sulawesi Utara (Sulut), yang hendak mengisi kegiatan di Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) 2018, hingga Minggu sore, belum juga ditemukan pascagempa bumi dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Ketiga atlet paralayang tersebut yakni, Frangky Kowaas, Petra Mandagi dan Glen Mononutu.
Salah satu kerabat dari korban yang sudah tiba di Palu, Joppie Worek, melalui pesan tertulis mengatakan mereka sudah berada di lokasi Hotel Roa Roa, kondisi bangunannya sangat memprihatinkan.
"Kami bersama istri dari Frangky, yakni Nanvie Tagah, masih sangat berharap mereka dalam kondisi selamat," ujar pria yang aktif sebagai jurnalis senior di Manado ini.
Kedatangan istri Frangky Kowaas dan kerabatnya ke Palu setelah menumpangi pesawat Hercules dari Manado dan langsung menyaksikan kondisi warga setempat yang masih membutuhkan pasokan makanan, air bersih dan kebutuhan lain.
Intinya, mereka masih akan bertahan selama beberapa hari di Palu sambil mencari ketiga korban yang merupakan atlet paralayang dan juga aktif dalam kegiatan terjun payung tingkat nasional.
Sebelumnya, Kepala Pusat Informasi dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa yang disusul tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, menjadi 832 orang, ratusan luka-luka.
Kemudian sebanyak 16.732 orang mengungsi di 24 titik di daerah tersebut.
"Hingga hari ini (Minggu, 30/9), pukul 13.00 WIB, meskipun komunikasi masih terputus di Donggala, tapi ada laporan dari PMI pusat bahwa ada 11 orang meninggal akibat gempa di Kabupaten Donggala," kata Sutopo dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta Timur.
Sementara itu, di Kota Palu dilaporkan 821 orang ditemukan meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan roboh atau diterjang tsunami.
Baca juga: Seorang warga Jembrana jadi korban gempa Palu
Baca juga: Komnas Perempuan minta tak hubungkan bencana dengan agama
Pewarta: Hence Paat
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018