Bengkulu (ANTARA News) - Dalam satu minggu terakhir ini, dua harimau sumatera (phantera tigris sumatrae) kembali menampakan diri di sekitar "base camp" pekerja di PT Batu Bara Utama (BBU) di dekat Taman Buru Semidang Bukit Kabu (TBSBK) Kabupaten Bengkulu Utara, sehingga membuat para pekerja menjadi resah.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Yohanes Sudarto, ketika dikonfirmasi, Rabu, mengaku bahwa sudah mendapat laporan dari para pekerja PT BBU tentang munculnya dua harimau itu.
Menurut laporan para pekerja, harimau tersebut mulai muncul sejak 14 hari lalu, dan awalnya para pekerja tidak perduli karena mereka menganggap harimau tersebut sekedar lewat.
Akan tetapi, dilaporkan bahwa setelah kemunculan harimau tersebut hampir setiap hari, maka para pekerja merasa resah dan minta bantuan pihak BKSDA untuk menangkapnya.
Ketika ditanya, ia menyatakan, sejauh ini tidak korban, baik manusia maupun ternak warga yang dimangsa harimau karena umumnya "base camp" merupakan tempat tinggal para pekerja, dan tidak ada peternakan.
Yohanes menyatakan, akan segera mengirim tim untuk mengamati keberadaan harimau tersebut.
"Setelah mendapat laporan, kita akan turunkan tim kecil. Jika memang ada harimau maka petugas akan melakukan penangkapan terhadap satwa tersebut," katanya.
Untuk mengantisipasi gangguan harimau, Yohanes mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak terus membuka lahan, karena habitat harimau tersebut bisa terganggu dan hewan itu akan masuk ke pemukiman penduduk.
Jika ada harimau dan berhasil ditangkap, menurut dia, maka akan dikembalikan ke habitatnya semula di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) atau di Taman Nasional Kerinci Seblat karena satwa tersebut termasuk satwa langka yang dilindungi.
Maraknya harimau keluar hutan akibat maraknya penebangan liar di daerah tersebut dan kebiasaan masyarakat berburu rusa, padahal rusa merupakan makanan utama harimau.
"Karena harimau lapar, sementara makanan di hutan sudah tidak ada maka harimau keluar dan memakan ternak warga," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007