Jakarta (ANTARA News) - Peningkatan tekanan darah hingga melebihi ambang batas normal (hipertensi) dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan bisa merupakan salah satu gejala munculnya penyakit ginjal. Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan ginjal hipertensi Dr.J. Pudji Rahardjo, SpPD-KGH di Jakarta, Rabu, menjelaskan bila tekanan darah melebihi 140 mmHg/90 mmHg maka aliran darah ke ginjal akan terganggu. Bila salah satu faktor pendukung kerja ginjal, misalnya aliran darah ke ginjal, jaringan ginjal atau saluran pembuangan ginjal terganggu atau rusak maka fungsi ginjal akan terganggu atau berhenti sama sekali (gagal ginjal tahap akhir), kata dr. Pudji. "Ateroskeloris menyebabkan aliran darah ke organ berkurang dan bisa mengakibatkan kematian sel organ, kalau organnya ginjal menyebabkan gagal ginjal," ujarnya. Ia menjelaskan, seorang penderita gagal ginjal tahap akhir hanya bisa bertahan hidup dengan menjalankan cuci darah (hemodialisis) seumur hidupnya. "Dan itu biayanya sangat mahal, sekitar Rp600 ribu sampai Rp700 ribu untuk sekali dialisis. Padahal seorang penderita gagal ginjal paling tidak harus cuci darah dua kali seminggu," jelasnya. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa ada hubungan timbal balik antara hipertensi dan penyakit ginjal. Adanya kerusakan pada bagian ginjal tertentu, terutama bagian korteks/lapisan luar, kata dia, akan merangsang produksi hormon renin yang akan menstimulasi terjadinya peningkatan tekanan darah dan hipertensi. Selain itu, saat ginjal rusak ekskresi atau pengeluaran air dan garam akan terganggu sehingga mengakibatkan isi rongga pembuluh darah meningkat dan tekanan darah naik. Hipertensi, yang sebagian besar disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan makan garam, stress dan gangguan metabolisme lemak dan karbohidrat, merupakan gangguan kesehatan yang diderita 10 persen-30 persen orang dewasa di semua negara di dunia. Terapi hipertensi yang ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi kurang dari 140 mmHg/90 mmHg, kata dia, bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat antihipertensi seperti diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, ACE inhibitor, alfa bloker, dan angiotensin II antagonis. "Penanganan hipertensi yang disertai kerusakan ginjal ditujukan untuk mencapai target ideal 130 mmHg/80 mmHg, dilakukan dengan lebih dari satu obat antihipertensi," tambahnya. Sementara upaya pencegahan, katanya, bisa dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari penggunaan produk tembakau dan alkohol, membatasi konsumsi kafein, dan mengukur tekanan darah secara rutin untuk deteksi dini.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007