anak-anak kalah bersaing meraih pendidikan tinggi ternama di luar negeri bukan karena kalah pintar.
Jakarta, (ANTARA News) - Orang tua seharusnya tidak memaksakan keinginannya kepada anak-anaknya dalam memilih jurusan di perguruan tinggi, dan sebaliknya menyerahkan pilihan sesuai minat dan bakat anak, kata praktisi pendidikan Caroline Suryaatmadja.
Menurut dia dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu, kebanyakan Orang tua memiliki kecenderungan untuk memaksakan keinginannya kepada anak-anaknya dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi meskipun pilihan tersebut tidak sesuai dengan minat dan bakat anak.
"Kondisi anak sekarang apatis dan banyak yang tidak memiliki gairah, semangat dan motivasi dalam memilih jurusan di perguruan tinggi sesuai minat dan bakat mereka. Akhirnya mereka pasrah dengan pilihan orang tua tanpa memperjuangkan keinginan diri sendiri," ujarnya.
Ia mengatakan kondisi anak yang tidak memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya akan merembet sampai ketika mereka lulus kuliah dan memilih karir di dunia pekerjaan.
Bahkan sampai saat mereka dewasa kemudian mereka membentuk keluarga dengan pola yang sama, melahirkan generasi yang juga apatis dengan masa depan mereka, ujar Caroline Suryaatmadja yang juga Direktur Konsultan Pendidikan Tinggi Elite Indonesia.
Lebih lanjut dikatakannya dengan pengalaman yang telah ditekuni selama ini, pihaknya mencoba untuk mengubah pola pikir orang tua dan keluarga sedini mungkin agar memberikan kesempatan kepada anak untuk merencanakan sendiri masa depannya yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya.
Saat ini, sudah banyak lembaga-lembaga konsultasi pendidikan yang bisa mengarahkan anak-anak mengenali bakat dan potensi diri sehingga memacu diri untuk belajar giat demi mencapai cita-cita mereka.
"Kami berharap anak-anak memiliki mentalitas yang baik dan semangat kerja keras, karena tidak ada jalan pintas untuk bisa masuk ke perguruan tinggi terbaik di mana pun selain mempersiapkan dan melatih diri sejak dini," katanya.
Sebelumnya, Direktur Pelaksana Elite Indonesia Djoni Kristanto mengatakan anak-anak mengalami kegagalan atau kalah bersaing untuk meraih pendidikan tinggi ternama di luar negeri bukan karena mereka kalah pintar.
Tetapi, lanjut dia, lebih karena keterbatasan kemampuan berbahasa Inggris, menyampaikan pendapat, serta kreativitas serta daya hidup mandiri khususnya anak-anak Asia yang jauh di bawah rata-rata.
"Melihat kebutuhan itu, pihaknya ingin memperkenalkan metode pengajaran "Personal Pace Tutoring" dimana anak-anak dibimbing sesuai kebutuhan pribadi. Dibantu oleh tim guru lulusan 50 universitas terbaik di Amerika dan 700 konsultan asing sehingga kelak anak-anak mampu meraih jurusan dan perguruan tinggi sesuai minat dan bakat mereka," tambahnya.
Elite adalah perusahaan konsultan pendidikan berasal dari Rowland Heights, California, dan telah memiliki 50 cabang di Amerika, Canada, Cina, Jepang, Korea dan Indonesia.
Baca juga: Menristekdikti terbitkan peraturan pendidikan jarak jauh
Baca juga: Kemristedikti umumkan peringkat perguruan tinggi
Pewarta: Zita Meirina
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018