Sejarah mengatakan bahwa ketika konflik itu terjadi kita ...New York (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di New York, Jumat, menekankan bahwa upaya pencegahan konflik dan instabilitas harus menjadi bagian integral di Organisasi Kerjasama Islam (OKI) itu.
Hal tesebut disampaikan Menlu dalam pertemuan koordinasi tahunan OKI di sela-sela rangkaian kegiatan Sidang Majelis Umum PBB ke-73 di markas PBB, New York, Jumat.
"Sejarah mengatakan bahwa ketika konflik itu terjadi kita tidak pernah tahu kapan konflik itu dapat diselesaikan, oleh karena itu pencegahan konflik merupakan hal yang terbaik," kata Menlu Retno.
OKI perlu bekerja keras untuk mencegah konflik dan instabilitas yang baru yang dapat terjadi di masa mendatang.
"Oleh karena itu perlu terjadi perubahan paradigma dari penanganan konflik ke memperkuat pencegahan konflik," kata Retno.
Indonesia telah menginisiasi kelompok kontak OKI untuk perdamaian dan penanganan konflik yang sudah disahkan ketika KTT OKI ke-13 di Istanbul. Menlu pun menyarankan OKI untuk menggunakan kelompok kontak tersebut untuk menangani isu yang terkait dengan pencegahan konflik.
Selain upaya pencegahan konflik, Menlu Retno juga menggarisbawahi sejumlah poin antara lain perlunya dukungan OKI kepada isu Palestina.
OKI harus menjadi pendukung utama dari isu Palestina baik dukungan yang sifatnya politik maupun finansial, termasuk di antaranya terkait dengan pemberian bantuan di badan pengungsi Palestina PBB UNRWA.
Kemudian Retno menekankan juga perlunya OKI untuk memperkuat kerja sama di antara negara-negara anggotanya.
"OKI memiliki potensi besar tapi banyak sekali waktu kita, energi kita yang habis terpakai untuk berbicara mengenai masalah konflik," kata Menlu.
Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan kerja sama antara negara-negara anggota OKI yaitu dengan menginisiasi pusat layanan unggulan OKI untuk vaksin dan produk bioteknologi.
Indonesia juga akan menjadi tuan rumah untuk pertemuan antara badan pengawas obat dan makanan internasional di tingkat OKI pada November nanti.
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018