"Kami enggan banyak membaca aksi harga hari ini atau penambahan minyak mentah tak terduga menurut EIA"

New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data AS menunjukkan peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak domestik.

Namun penurunan yang akan datang dalam ekspor Iran mempertahankan Brent di atas 80 dolar AS per barel dan di jalur untuk kenaikan kuartalan kelima berturut-turut.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman November kehilangan 0,53 dolar AS menjadi menetap di 81,35 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sehari sebelumnya, Brent naik ke setinggi 82,55 dolar AS, tertinggi sejak November 2014.

Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 0,71 dolar AS menjadi berakhir di 71,57 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Persediaan minyak mentah AS naik 1,9 juta barel dalam seminggu yang berakhir 21 September, menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA). Para analis telah memperkirakan penurunan 1,3 juta barel.

Operasional pengilangan minyak mentah turun 901.000 barel per hari, data EIA menunjukkan.

"Kami enggan banyak membaca aksi harga hari ini atau penambahan minyak mentah tak terduga menurut EIA. Komplek ini telah berjalan naik kuat dan berhak mendapatkan koreksi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan yang dilansir oleh Reuters.

Para investor terus mengawasi sanksi-sanksi AS yang akan datang, yang mempengaruhi sektor perminyakan Iran, yang akan mulai berlaku pada November.

Pasar minyak bersiap untuk mendapatkan pasokan global dari sanksi-sanksi. Brent tetap di jalur untuk kenaikan kuartalan kelima berturut-turut, bentangan terlama sejak awal 2007 ketika enam kuartal berjalan mengarah ke rekor harga tertinggi 147,50 dolar AS per barel.

Beberapa pembeli besar, seperti sejumlah penyuling India, telah memberi isyarat bahwa mereka akan menghentikan pembelian minyak mentah Iran tetapi dampaknya terhadap pasar global belum jelas.

Pejabat-pejabat AS, termasuk Presiden Donald Trump, sedang mencoba untuk meyakinkan para konsumen dan investor bahwa pasokan yang cukup akan tetap di pasar minyak dan telah mendorong Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksi.

Dalam pidato di PBB pada Selasa (25/9), Trump menegaskan kembali seruan kepada OPEC untuk memompa lebih banyak minyak, menuduh Iran menyebarkan kekacauan dan menjanjikan sanksi-sanksi lebih lanjut terhadap negara itu.

Kelompok OPEC+, yang termasuk anggota non-OPEC seperti Rusia, telah bertemu akhir pekan lalu tetapi memutuskan untuk tidak meningkatkan produksi.

Commerzbank mengatakan dalam sebuah catatan bahwa "kenaikan harga minyak terbaru terutama disebabkan oleh Trump sendiri. ... dia memfokuskan perhatian pasar pada sanksi-sanksi Iran lagi, meskipun pasokan pasar cukup tersedia saat ini berkat peningkatan produksi OPEC dan Rusia."

Seorang pejabat industri minyak Nigeria mengatakan OPEC akan bertindak untuk menyeimbangkan pasar setelah harga minyak mencapai tertinggi empat tahun, tetapi opsinya mungkin dibatasi oleh kapasitas cadangan yang tersedia.

Baca juga: Khawatir pasokan global, minyak mentah Brent melonjak tertinggi

Baca juga: Pasar ketat, harga minyak bisa tembus 100 dolar

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018