Jakarta, 28 Agustus 2007 (ANTARA) - Departemen Kehutanan akan mengadakan Lokakarya Nasional yang bertajuk Lokakarya Penyusunan Strategi Konservasi & Rencana Aksi Gajah Sumatera dan Kalimantan serta Harimau Sumatera, lokakarya untuk menentukan strategi dan rencana aksi pelestarian harimau Sumatera dan gajah Sumatera serta Kalimantan yang dilaksanakan di Padang, Sumatera Barat tanggal 29 - 31 Agustus 2007. Acara tersebut akan diikuti oleh sedikitnya 120 orang peserta dari berbagai lembaga/instansi baik di dalam maupun luar negeri, yang merupakan wakil dari organisasi konservasi serta dari Departemen Pertanian, Departemen Dalam Negeri, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah terkait, LSM, Pengusaha Perkebunan dan Hutan Tanaman, Masyarakat, Pengelola Eksitu, dan ilmuwan serta pakar internasional mengenai gajah dan harimau. Kelestarian gajah Sumatera dan Kalimantan (Elephas maximus) serta harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat ini sudah sangat terancam. Tiga subspesies harimau dunia telah punah dari muka bumi dalam tujuh dekade terakhir ini, dua di antaranya adalah harimau Jawa dan harimau Bali. Seiring dengan turunnya 40% sebaran harimau dunia dalam masa 10 tahun terakhir. Diperkirakan saat ini harimau Sumatera tersisa hanya 400 individu saja. Sementara itu, populasi gajah Sumatera pada tahun 2007 diperkirakan hanya 2400-2800 individu atau menurun sekitar 35 persen dari tahun 1992 yang mencapai 2800-5000 individu. Tingginya laju kerusakan habitat, perubahan tata ruang, dan tingginya tingkat perburuan serta konflik menjadi faktor menurunnya populasi kedua satwa dilindungi tersebut. Penyelamatan populasi harimau dan gajah sangat tergantung dengan penyelamatan habitat hutannya yang masih tersisa. Pembukaan hutan ditinjau ulang dan tata ruang dibangun dengan mengakomodir aspek-aspek ekologis guna mencegah konflik antara manusia dan satwa liar. Analisis Data Citra Satelit menunjukkan bahwa hutan dataran rendah Sumatera menyusut drastis sekitar 8 juta hektar antara tahun 1990 - 2000 yang memicu terjadinya konflik satwa liar dengan manusia akibat hilangnya habitat satwa liar. Suatu protokol penanganan konflik antara harimau dan gajah dengan manusia yang komprehensif dan mengakomodir aspirasi berbagai kepentingan diharapkan dapat disepakati. Protokol tersebut sangat mendesak untuk segera disepakati dan diimplementasikan mengingat maraknya konflik yang terjadi akhir-akhir ini. Antara tahun 2002 s/d 2007 tercatat sedikitnya 42 orang meninggal dan 100 ekor gajah mati akibat konflik. Karena wilayah jelajah harimau dan gajah juga banyak terdapat di luar kawasan konservasi, maka perlu adanya pengembangan manajemen satwa di areal konsesi perkebunan, HTI, dan lahan masyarakat. Dengan menerapkan pola-pola pengelolaan yang lebih baik (Better Management Practices), diharapkan apresiasi masyarakat meningkat dan dapat hidup berdampingan dengan harimau dan gajah. Peningkatan perlindungan terhadap habitat gajah dan harimau juga merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelamatan gajah dan harimau ini. Oleh karena itu perlu adanya pengamanan habitat berbasis masyarakat dan penegakan hukum yang tegas terhadap kasus pembukaan hutan secara ilegal, perburuan dan perdagangan satwa liar. Melalui lokakarya ini diharapkan masukan dari berbagai pihak dalam penyusunan road map pelestarian gajah Sumatra dan Kalimantan serta harimau Sumatera dimasa yang akan datang. Diupayakan konservasi gajah dan harimau dapat dilakukan secara efektif, dengan strategi dan rencana aksi yang komprehensif, aktual dan didukung oleh para pihak, yang mengedepankan konsep pendekatan "win-win solution" sesuai dengan agenda pembangunan berkelanjutan di daerah. Oleh karena itu dalam lokakarya ini diharapkan seluruh pemangku peran, baik lembaga konservasi maupun Pemda, perusahaan, dan masyarakat, dapat berdiskusi membangun strategi dan segera melakukan aksi nyata penyelamatan kedua satwa dilindungi tersebut. Untuk keterangan tambahan, silakan hubungi Achmad Fauzi, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Telp: (021) 570-5099, Fax: (021) 573-8732

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2007