Tokyo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengirim Mensesneg Hatta Rajasa sebagai utusan khusus pemerintah Indonesia untuk menghadiri upacara kenegaraan pemakaman mantan PM Jepang Kiichi Miyazawa yang berlangsung di Nippon Budokan Hall, Tokyo, Selasa. ANTARA Tokyo yang mengikuti jalannya upacara di gedung yang terletak di Kitanomaru Park, di pusat kota Tokyo itu, menyaksikan Mensesneg Hatta Rajasa memasuki pintu utama Budokan bersama Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar dan sejumlah staf KBRI Tokyo lainnya. Kehadiran Mensesneg, menurut Dubes Jusuf Anwar, sebagai perhatian terhadap peranan yang telah diberikan Miyazawa kepada bangsa dan negara Indonesia, khususnya saat Indonesia mengalami krisis keuangan dan reformasi. "Miyazawa beperan besar dalam membantu Indonesia melewati masa-masa krisis yang dialami Indonesia," ujar Dubes Jusuf Anwar. Saat itu Miyazawa adalah menteri keuangan Jepang. Ia menjabat menteri keuangan dari tahun 1998 hingga 2002. Sedangkan jabatan perdana menteri disandang pria kelahiran Fukuyama, Hiroshima 8 Oktober 1919 itu dari tahun 1991 hingga 1993. Saat Indonesia memasuki masa-masa sulit itu, Jepang memastikan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam menyaksikan krisis keuangan yang menerjang Indonesia. Ia juga memahami dinamika reformasi yang terjadi di Indonesia mulai dari masa pemerintahan Soeharto ke Habibie hingga era Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Mensesneg tiba di Tokyo, Selasa pagi, dan langsung menuju Wisma Duta, tempat kediaman Dubes RI untuk Jepang dan selanjutnya bersama Dubes dan sejumlah staf KBRI Tokyo lainnya menghadiri upacara pemakaman yang diselenggarakan oleh pemerintah Jepang itu. Menseneg dan Dubes berada dalam jajaran tamu undangan khusus lainnya yang datang dari negara-negara sahabat. Nuansa warna hitam begitu lekat di seantero gedung, yang biasa digunakan sebagai tempat pertandingan olahraga tradisional Jepang, seperti Judo, Karate, Aikido dan Kendo. Jas warna hitam dan kemeja warna putih serta dasi berwarna gelap menjadi pakain resmi selama upacara yang berlangsung satu setengah jam itu. Bagi wartawan yang meliput, selain mengenakan pita warna hitam bertuliskan pers di kantung baju atapun jas, juga diminta mengenakan pita berwarna hijau dengan tulisan yang sama yang disediakan Foreign Press Center (FPC) Jepang.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007