Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah Selasa sore melemah melewati angka batas psikologis Rp9.400 per dolar AS, karena pelaku pasar membeli dolar AS, akibat kasus Subprime Mortgage di AS belum mereda. Subprime Morgage di AS cenderung menekan pasar uang global khususnya pasar uang domestik, sehingga rupiah merosot menjadi Rp9.401/9.405 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.375/9.385 per dolar AS atau melemah 26 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta mengatakan para pelaku pasar membeli dolar AS yang dipicu oleh kekhawatiran kasus gagal bayar kredit perumahan di AS (Subprime Mortgage) yang diperkirakan berlanjut. Kekhawatiran itu didukung oleh keluarnya data perumahan AS yang cenderung melemah yang menunjukkan pertumbuhan ekonominya makin melambat, katanya. Karena itu, lanjut dia, Bank sentral AS (The Fed) menurut rencana akan menurunkan bunga The Fed sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen dari sebelumnya 5,25 persen. The Fed sebelumnya juga menurunkan suku bunga diskonto sebesar 50 basis poin menjadi 5,75 persen dari 6,25 persen, ucapnya. Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS, menurut dia akan memicu pasar lebih suka membeli dolar AS ketimbang rupiah karena merasa lebih aman. "Pelaku lokal lebih cenderung memegang dolar AS ketimbang rupiah, karena mata uang asing itu selain diminati masyarakat juga memiliki nilai yang lebih baik," katanya. Hal lanjut dia, kasus Subprime Mortgage di AS sebenarnya masih belum reda, bahkan cenderung makin meningkat Karena itu rupiah sulit untuk bisa menguat hingga bisa mencapai level Rp9.000 per dolar As, karena situasi pasar keuangan global masih belum normal, katanya "Kami memperkirakan rupiah pada hari berikut akan kembali melemah hingga berada pada posisi Rp9.420 sampai Rp9.430 per dolar AS," tambahnya. Ditanya mengenai yen, menurut dia, menguat terhadap dolar AS menjadi 115,57 dari sebelumnya 116,13 yen, euro jadi 1,3633 dari 1,3645. Kenaikan yen terhadap dolar AS, karena pelaku lebih cenderung memegang yen, karena khawatir kasus gagal bayar sektor perumahan AS masih belum reda, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007