Diplomasi ekonomi diarahkan salah satunya untuk menggali potensi pasar nontradisional dan pasar alternatif bagi produk-produk Indonesia

Jakarta (ANTARA News) - Diplomasi ekonomi Indonesia akan menyasar negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Eropa Timur, setelah sebelumnya menjalin kerja sama dengan Afrika.

"Kami punya strategi cukup, yang tidak kalah penting untuk memfasilitasi para pelaku bisnis dengan kemudahan dalam hal tarif," kata Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir usai memberikan keterangan pers penyelenggaraan Konferensi Ekonomi Kreatif Dunia (WCCE) di Jakarta, Selasa.

Kemlu telah melakukan kajian mandiri tentang potensi dan peluang kerja sama ekonomi di Amerika Latin, salah satu tujuannya untuk meningkatkan volume dan kualitas perdagangan Indonesia.

Diplomasi ekonomi diarahkan salah satunya untuk menggali potensi pasar nontradisional dan pasar alternatif bagi produk-produk Indonesia.

Baca juga: Diplomasi ekonomi bergerak garap pasar non-tradisional, ujar Presiden

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam penyataan pers tahunan 2017 menetapkan kawasan Amerika Latin sebagai salah satu kawasan prioritas peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi.

Ia menjabarkan kawasan Amerika Latin terdiri dari 33 negara dan memiliki luas benua sebesar 42 juta km persegi.

Jumlah populasinya mencapai 634 juta jiwa (2015), yang 60 persen di antaranya terkonsentrasi di tiga negara yakni Brasil, Meksiko, dan Kolombia.

Total PDB Amerika Latin pada 2015 lebih dari 5,3 triliun dolar AS. Selain itu kawasan ini terdapat tiga perekonomian yang masuk dalam kelompok G-20 yakni Brasil, Meksiko, dan Argentina.

Untuk nilai tren pertumbuhan perdagangan Indonesia ke kawasan Amerika Latin dari tahun ke tahun turun sekitar 2,57 persen, sedangkan nilai ekspor nonmigas Indonesia defisit sebesar 1,82 miliar dolar AS pada 2015.

Sebagai upaya meningkatkan daya saing, Kemlu juga mendorong lebih banyak perjanjian perdagangan preferensial (PTA) melalui forum-forum bilateral maupun kelompok, seperti yang pernah dilakukan Indonesia dalam forum Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS).

Menurut Wamenlu, diplomasi Indonesia pada prinsipnya memfasilitasi para pelaku usaha asing yang ingin masuk ke Indonesia dan pada saat bersamaan juga memperlebar ekspansi potensi ekonomi Indonesia ke luar negeri.

Sebelumnya, Indonesia telah menyelenggarakan Indonesia-Africa Forum, yang menghasilkan kesepakatan ekonomi senilai 586 juta dolar AS dan membuka potensi kerja sama ekonomi bernilai 1,3 miliar dolar AS.

Melalui forum tersebut, pejabat maupun pengusaha asal Afrika mulai melirik Indonesia sebagai mitra bisnis, salah satunya bidang konektivitas.

"Kita punya hub baru di Afrika yaitu di Addis Ababa melalui kerja sama dengan Ethiopian Airlines. Kita sedang menjajaki agar Ethiopian Airlines bisa membawa komoditas Indonesia ke Afrika," kata Fachir.

Sementara di bidang konstruksi, PT Wijaya Karya (WIKA) telah menandatangani kontrak pengerjaan proyek renovasi Istana Presiden Niger dengan nilai 20 juta euro atau sekitar Rp332 miliar.

Selain BUMN, Kemlu juga mendukung partisipasi swasta dalam kerja sama ekonomi dengan berbagai negara, serta mendorong peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank untuk membantu dari sisi pembiayaan.

"Yang seperti ini terus kita lakukan. Tentu saja Kemlu lebih kepada aspek diplomasi sambil terus mendorong para pelakunya," ujar Fachir.

Baca juga: Indonesia dorong diplomasi nuklir bagi pembangunan ekonomi
Baca juga: Bappenas: diplomasi ekonomi penting dorong pembangunan nasional

Baca juga: Kemenlu dorong diplomasi ekonomi Eropa Timur dan Tengah

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018