"Pasar masih didorong oleh kekhawatiran tentang pasokan dari Iran dan Venezuela"

New York (ANTARA News) - Harga minyak mencatat kenaikan kuat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena produsen-produsen minyak utama menolak berkomitmen meningkatkan tambahan produksi minyak mentah guna mengatasi gangguan pasokan.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 1,30 dolar AS menjadi 72,08 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman November bertambah 2,40 dolar AS menjadi berakhir di 81,20 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah menyentuh tingkat 81,39 dolar AS, tertinggi sejak November 2014.

Pertemuan Komite Pemantau Bersama Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan non-OPEC (JMMC) di Aljazair, memutuskan Minggu (23/9), untuk mempertahankan tingkat produksi minyak saat ini, di tengah desakan dari AS untuk meningkatkan produksi minyak dalam upaya untuk mengekang harga-harga yang meningkat.

Pemimpin OPEC Arab Saudi dan produsen minyak terbesar lainnya di luar kelompok itu, Rusia, secara efektif menolak permintaan Trump untuk bergerak untuk mendinginkan pasar.

"Tidak ada kesepakatan untuk meningkatkan produksi, dan harga minyak pada 80 dolar AS per barel akan lebih baik bagi produsen dan konsumen," kata Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih.

"Saya tidak mempengaruhi harga," tambahnya.

Trump mengatakan pekan lalu bahwa OPEC harus menurunkan harga, tetapi Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pada Senin (24/9) bahwa OPEC tidak menanggapi permintaan Trump secara positif.

Baca juga: Trump kritik OPEC, minyak hentikan kenaikan beruntun

Para analis mengatakan dorongan beli meningkat saat ini, mungkin akan berlanjut hingga akhir tahun ini, di tengah ancaman sanksi-sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.

"Pasar masih didorong oleh kekhawatiran tentang pasokan dari Iran dan Venezuela," kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy di Stamford seperti dikutip Reuters.

"Kegagalan produsen-produsen untuk mengatasi hal itu secara memadai akhir pekan ini, menciptakan peluang untuk membeli." Demikian laporan yang dikutip Antaranews dari Xinhua.

"Sekarang semakin jelas, bahwa dalam menghadapi produsen-produsen enggan untuk meningkatkan produksi, pasar akan dihadapkan dengan kesenjangan pasokan dalam tiga-enam bulan ke depan yang perlu diselesaikan melalui harga minyak yang lebih tinggi," kata pakar strategi minyak BNP Paribas Harry Tchilinguirian kepada Reuters Global Oil Forum.

Pedagang komoditas Trafigura dan Mercuria mengatakan Brent bisa naik menjadi 90 dolar AS per barel pada Natal dan menembus 100 dolar AS pada awal 2019, karena pasar mengetat setelah sanksi-sanksi AS terhadap Iran sepenuhnya dilaksanakan mulai November.

Baca juga: Jelang pertemuan OPEC, minyak Brent naik tipis

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018