"Beliau menyatakan kesediannya," kata Ketua Umum PB IDI, Prof dr Ilham Oetama Marsis SpOG(K), saat konfernsi pers usai di Kantor Presiden, Jakarta, Senin.
Ia berharap Jokowi menjadi pembicara kunci untuk memberikan arahan kepada peserta Muktamar terkait langkah ke depan, terutama yang berkaitan dengan kedokteran.
Dalam audiensi pengurus PB IDI Pusat itu, Jokowi didampingi Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, dan Koordinator Staf Khusus Presiden, Teten Masduki.
Sedangkan para pengurus PB IDI yang diterima Jokowi itu di antaranya, Ketua Umum PB IDI, Prof dr Ilham Oetama Marsis SpOG(K), Wakil Ketua Umum PB IDI, dr M Daeng Faqih, Ketua Dewan Pertimbangan, Prof Dr Errol U Hutagalung SpB,SpOT (K), Sekretaris Jenderal PB IDI, dr Moh Adib Khumaidi SpOT(K), Bendahara Umum PB IDI, dr Ulul Albab, SpOG(K), Ketua Bidang Organisasi PB IDI, dr Mahesa Paranadipa MKes.
Selain masalah muktamar, kata Marsis, mereka juga menyampaikan tentang perhatian besar mereka terhadap pendidikan di bidang kedokteran ke depan. "Kita harus sadar bahwa dunia pendidikan kedokteran sudah berubah begitu cepatnya, terutama masuk revolusi industri yang keempat," katanya.
Ia mengungkapkan, beberapa negara sudah merubah dalam akselerasi dan diagnosia. "Tahapan yang sudah kita lakukan revisi perubahan UU Pendidikan Kedokteran yang sudah kita sampaikan ke DPR sejak dua tahun lalu," katanya.
Ia mengatakan, revisi UU Pendidikan Kedokteran itu semula masuk daftar Prolegnas 2018 dan tahapannya sekarang sudah diterima sepenuhnya komisi.
"Hari ini akan masuk dalam bahasan Bamus DPR, bilamana diterima akan masuk paripurna. Jika berhasil pendidikan akan masuk era revolusi industri keempat," katanya.
Ia mengatakan, mereka telah memasukkan pasal-pasal terutama dalam rekayasa hayati (bio engineering) dalam bidang kedokteran.
"Dengan masuknya pasal-pasal itu kita sudah masuk pendidikan seperti negara maju, misalnya terapi cancer itu sudah masa lalu, kita lihat sekarang sudah beralih terapi kanker dengan terapi seluler pengobatan," katanya.
Dia juga mengungkapkan dengan tindakan intervensi dalam kedokteran berupa diagnosis kecerdasan buatan mencapai 99 persen, sehingga hal ini mesti diajarkan, terutama masuk era MEA dan global.
"Presiden menyatakan kesetujuannya terhadap sistem pelayanan ke depan. Kalau kita melihat di sini dengan masuk era digital, apalagi menanfaatkan kecerdasan buatan," katanya.
Sementara Faqih mengatakan, Muktamar ke-30 IDI ini akan diikuti sekitar 2.000 peserta yang mewakili 430 cabang, 33 wilayah, 83 perhimpunan dokter di bawah IDI.
Ia mengatakan, dalam muktamar itu ada dua sidang, yakni sidang ilmiah yang akan membahas hal-hal terbaru di dunia kedokteran dan kesehatan saat ini. Kedua, katanya, sidang organisasi, yakni membahas pertanggungjawaban pengurusan, pembahasan program pengukuhan ketua terpilih.
"Tema muktamar adalah tranformasi sistem pelayanan dan pendidikan kedokteran," kata dia.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018