Mengamalkan Pancasila itu bisa dimulai dari hal yang sederhana. Misalnya, biasakan untuk membantu, senyum dan sapa tanpa memandang perbedaan identitas ataupun pandangan politik

Jakarta, (ANTARA News) - Peringatan Hari Perdamaian Internasional setiap tanggal 21 September hadir sebagai bentuk dedikasi seluruh umat manusia dalam menjaga perdamaian dunia dan sebagai pengingat akan dampak kekerasan dan perang.

Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Nyoman Shuida dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan Hari Perdamaian Internasional merupakan momentum yang tepat untuk menjaga perdamaian.

Terlebih menjelang masa kampanye pemilihan legislatif dan pemilihan presiden yang akan mulai berlangsung sejak Minggu. “Menjelang tahun politik 2019, saya mengajak kita semua untuk selalu menjaga iklim persatuan sebagai sebuah bangsa. Kita memiliki keberagaman budaya, kepercayaan, dan cara pandang, itu semua adalah aset yang bisa memperkuat kita sebagai bangsa," kata Nyoman.

Nyoman meminta semua pihak untuk menjadi teladan dalam menyemai nilai-nilai toleransi. Ia pun menceritakan kegiatan hasil kerja sama Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dengan Paritas Institut dalam membangun budaya toleran.

Salah satunya adalah lokakarya Penggerak Perdamaian di berbagai daerah di Indonesia. Contohnya di Purwokerto, kata dia, banyak pemuda bangsa yang antusias untuk membangun dialog dan memupuk toleransi.

"Para pemuda lintas iman di sana saling berkunjung ke berbagai tempat ibadah dan pesantren dengan misi membangun keharmonisan dan perdamaian antar umat beragama. Semangat mereka perlu ditiru,” tutur Nyoman.

Sikap seperti itu, menurut Nyoman, penting ditekankan karena negara ini mutlak merupakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Oleh karena itu, Nyoman mengatakan bahwa tugas semuanya untuk terus meningkatkan perilaku yang mendukung kehidupan demokrasi Pancasila.

Ia pun mengingatkan untuk terus merawat budaya damai di NKRI agar tidak dirusak dengan praktik-praktik intoleran yang sarat dengan kekerasan oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk mencegah hal yang seperti itu terjadi, Nyoman mengingatkan akan pentingnya tenggang rasa dan menahan diri untuk tidak berbuat menyakiti orang lain, baik dalam bentuk fisik maupun verbal.

“Mengamalkan Pancasila itu bisa dimulai dari hal yang sederhana. Misalnya biasakan untuk membantu, senyum dan sapa tanpa memandang perbedaan identitas ataupun pandangan politik,” kata Nyoman. *

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018