Badung (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meresmikan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) setinggi 121 meter yang berlokasi di desa Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Bali.
"Pada malam hari yang indah ini saya sangat senang, bisa hadir bersama bapak ibu dan saudara-saudara sekalian menyaksikan mahakarya anak bangsa, patung Garuda Wisnu Kencana," kata Presiden Joko Widodo di Cultural Park GWK, Badung, Bali pada Sabtu.
Hadir dalam peresmian tersebut Ibu Negara Irina Joko Widodo, Presiden Indonesia ke-5 Megawati Sukarnoputri, Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Gubernur Bali I Wayan Koster dan para pejabat negara lainnya.
"Saya sebut mahakarya karena patung Garuda Wisnu Kencana adalah salah satu patung tembaga terbesar di dunia. Patung Garuda Wisnu Kencana adalah patung tertinggi ke-3 di dunia," tambah Presiden.
Patung GWK menurut Presiden adalah patung tertinggi ketiga di dunia setelah The Spring Temple Buddha di China dan The Laykyun Sekkya Buddha di Myanmar
"Saya tadi diberikan penjelasan bahwa patung ini lebih tinggi dari pada patung Liberty di Amerika Serikat. Selesainya mahakarya ini bukan hanya membanggakan rakyat Bali, masyarakat Bali tapi juga membanggakan seluruh masyarakat Indonesia," ungkap Presiden.
Dengan terwujudnya patung GWK sejak awal pembangunannya 28 tahun lalu, menurut Presiden menunjukkan bahwa Indonesia juga mampu menghadirkan karya budaya pada masa kini.
"Karena hal ini membuktikan sebagai bangsa yang besar kita bukan hanya mewarisi karya-karya besar peradaban bangsa masa lalu, yang indah seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan tapi di era kekinian bangsa kita juga bisa berkarya, bisa berkreasi untuk membangun sebuah peradaban, untuk melahirkan mahakarya yang baru, yang juga mengaggumkan kita semua, yang juga diakui dan dikagumi dunia," jelas Presiden.
Presiden juga mengucapkan terima kasih atas kegigihan dari seminam Nyoman Nuarte yang dengan tekun mewujudkan patung GBK bersama dengan para seniman lain.
"Terima kasih dan aparesiasi kepada bapak Nyoman Nuarte atas gagasan besar, keberaniannya dan atas ikhitiar selama ini, tentu gagasan besar itu juga didukung oleh pekerja-pekerja seni yang handal, yang bekerja di ketinggian 121 meter untuk melahirkan mahakarya ini," tambah Presiden.
Gagasan besar itu juga ditopang oleh banyak pihak, dukungan pemerintah dan rakyat Bali maupun pihak swasta yang ingin mimpi besar para seniman ini terwujud.
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan wujud dari Dewa Wisnu sedang mengendarai seekor Garuda. Dalam agama Hindu, Dewa Wisnu merupakan Dewa Pemelihara (Sthiti).
Patung tersebut memiliki tinggi 121 meter atau 271 meter dari permukaan laut (dpl) yang dibangun di atas lahan seluas 60 hektar.
Pembuatan patung ini menjalani proses panjang yaitu selama 28 tahun oleh seniman sekaligus desainer Nyoman Nuarta. Proses pembuatan patung tembaga itu menggunakan teknik cor las untuk 754 modul. Satu modulnya berukuran 4x3 meter dengan berat kurang lebih 1 ton.
Pembuatan patung tersebut pernah melibatkan 1.000 pekerja yang terbagi menjadi dua, yakni 400 pekerja di Bandung dan 600 pekerja di Bali.
Pembangunan Garuda Wisnu Kencana bermula dari gagasan Nyoman Nuarta bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Joop Ave, dan Gubernur Bali Ida Bagus Oka, serta Menteri Pertambangan dan Energi Ida Bagus Sudjana, sekitar 1989. Pada awal 1990, rencana itu dipresentasikan ke Presiden Soeharto, dan disetujui.
Peletakan batu pertama pembangunan Cultural Park GWK di Bukit Ungasan Jimbaran ini dilakukan tahun 1997. Pembuatan keping-keping GWK melibatkan sekitar 120 seniman. Namun dalam perjalanannya terjadi pasang surut, terutama karena kesulitan pendanaan setelah terimbas krisis moneter.
Pada 2013 GWK akhirnya diakuisisi oleh PT Alam Sutera Realty Tbk dan Nyoman Nuarta hanya bertindak sebagai seniman.
Lokasi tempat dibangunnya Cultural Park GWK adalah bekas lahan penambangan kapur liar namun sudah tidak produktif lagi.
Belakangan GWK menjadi lokasi sejumlah acara seperti festival musik Soundrenaline hingga Torch Relay Asian Games 2018.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018