“Terhitung hari ini saya menyatakan mengundurkan diri. Selanjutnya tugas-tugas dilaksanakan oleh wakil Rais Aam. Meski demikian perlu disampaikan di manapun dan sampai kapanpun saya adalah kader NU. Pilihan saya ini adalah jalur perjuangan baru untuk kemaslahatan lebih luas artinya saya hijrah dari aktivitas saya di jalur kultural melalui NU dan mejelis ulama sekarang memasuki jalur struktural, kalau terpilih."
"Untuk itu saya mohon doa restu sekaligus pamit semoga apa yang kita cita-citakan semua dikabulkan,” kata Ma’ruf di dalam Pembukaan Rapat Pleno PBNU yang digelar di Aula PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu.
Dia melanjutkan, “Allah punya kehendak lain, upaya saya menuntaskan amanat ini sulit terlaksana sebagai mana dimaklumi bahwa saya dihadapkan pada situasi sulit yang harus saya pilih. Tapi saya dididik di lingkungan pesantren di mana apabila bangsa memanggil untuk mengabdi maka siapapun harus tunduk dan patuh.”
Selanjutnya, menurut aturan AD/ART PBNU, jabatan Rais Aam akan diberikan kepada wakil Rais Aam yang kini dijabat Miftahul Akhyar. Sementara Ma’ruf akan tetap di PBNU sebagai Mustasyar.
Ma’ruf mengaku sulit saat dihadapkan pada pilihan untuk menjadi pendamping Joko Widodo menjadi calon wakil presiden. Dia pun meminta arahan kepada banyak kyai.
“Semua menyarankan saya untuk mengambil kesempatan ini untuk membawa NU ke ranah lebih luas yaitu ranah berbangsa dan bernegara. Dengan tekad bulat saya menjalankan petunjuk itu meski berat.”
Sebelumnya, KPU telah menetapkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai pasangan calon presiden yang berkompetisi dalam Pemilu Presiden 2019 pada Kamis (20/9).
Baca juga: Relawan perempuan Jokowi-Ma'ruf deklarasi dukungan
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018