Nomor dua setelah Malaysia...
Bogor, Jawa Barat (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir mengatakan publikasi ilmiah Indonesia di jurnal internasional tahun ini hingga 5 September jumlahnya sudah mencapai 18.450.
"Nomor dua setelah Malaysia, yang memimpin dengan jumlah publikasi 19.450," kata Nasir usai menghadiri Sarasehan Antikorupsi Majelis Dewan Guru Besar PTNBH di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jumat.
Ia mengatakan bahwa jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia kini bisa melampaui Thailand, yang selama 20 tahun selalu berada di atas Indonesia dalam hal publikasi ilmiah internasional.
Tahun 2015, saat publikasi ilmiah Indonesia di jurnal internasional baru 5.600, Thailand sudah memasukkan 9.500 publikasi ilmiah ke jurnal internasional sementara Singapura dan Malaysia berturut-turut menghasilkan18.000 dan 28.00 publikasi ilmiah internasional.
Namun tahun ini hingga September Indonesia sudah berada di urutan kedua setelah Malaysia dalam jumlah publikasi ilmiah terbanyak, dan melampaui jumlah publikasi ilmiah internasional Singapura (14.219), Thailand (10.808), dan Filipina (6.700).
"Ini baru bulan September, saya optimistis bulan November dan Desember akan bertambah, target kita 20.000 publikasi akan tercapai, mungkin bisa sampai 28.000 atau bahkan 30.000," katanya.
Nasir lalu menuturkan awal dia menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2017 tentang Tunjangan Profesi Dosen dan Guru Besar, yang mengharuskan dosen, guru besar, dan lektor menulis publikasi ilmiah.
"Saya pernah diprotes karena mewajibkan guru besar dan lektor untuk menulis publikasi ilmiah, ketika didemo dan diprotes saya merasa sedih," katanya.
Namun, menurut Nasir, kebijakan itu terbukti mendukung peningkatan publikasi ilmiah Indonesia.
"Selamat kepada Indonesia, ini adalah kontribusi para majelis dewan guru besar," katanya.
Ia mengatakan atmosfer perguruan tinggi berubah sejak pemberlakuan peraturan menteri tersebut, para guru besar dan lektor mulai semangat menulis publikasi ilmiah.
Rektor IPB Dr Arif Satria mengatakan publikasi ilmiah merupakan gengsi bangsa, dan IPB pun berkomitmen meningkatkan publikasi sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan publikasi ilmiah di jurnal internasional.
"Sebenarnya tidak hanya gengsi, karena itu cuma kulit luarnya saja, tapi semakin banyak publikasi, artinya publikasi penelitian dalam pengembangan keilmuan itu semakin tinggi," kata Arif.
Baca juga: Publikasi ilmiah Indonesia lampaui Singapura dan Thailand
Baca juga: Muhammad Nasir targetkan 2019 Indonesia pimpin publikasi ilmiah
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018