Harusnya lebih disosialisasikan kalau profesi animator tersebut ada potensinya, seperti mendapatkan penghasilan besarJakarta (ANTARA News) - Pengajar animasi Noviar Dyah Sukma Nandyarini mengungkap bahwa persepsi orangtua masih menjadi kendala atas perkembangan jumlah animator perempuan di Indonesia.
"Banyak orangtua yang merasa keberatan jika anak-anak mereka harus bekerja lembur hingga larut malam," katanya kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa masyarakat masih memandang aneh terhadap animator-animator wanita yang bekerja hingga larut malam, kendati hal tersebut merupakan tuntutan jam terbang yang tinggi bagi seorang animator agar bisa meraih kesuksesannya.
Selain itu, menurut Noviar, para orang tua juga masih meragukan akan prospek masa depan karier seorang animator wanita di Indonesia.
Dalam seminar akademik animasi di gelaran Animakini 2018, Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia Wawan Rusiawan menyampaikan data bahwa persentase tenaga kerja dalam industri animasi di Indonesia masih didominasi pria sebesar 90,78 persen dibandingkan wanita yang hanya berjumlah 9,22 persen.
"Harapan saya harusnya lebih disosialisasikan kalau profesi animator tersebut ada potensinya, seperti mendapatkan penghasilan besar, kepada masyarakat luas," kata pengajar animasi yang juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium di SMKN 4 Malang tersebut.
Baca juga: Berkenalan dengan orang Indonesia di balik film animasi Disney Moana
Baca juga: SMK tulang punggung industri animasi Indonesia
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018