Meredanya ketakutan pelaku pasar terhadap perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok membuat mata uang berisiko, seperti rupiah kembali dilirik sehingga mengalami apresiasi

Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan sore ini bergerak menguat sebesar 58 poin menjadi Rp14.791 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.849 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures, Faisyal di Jakarta, Jumat, mengatakan meredanya ketakutan pelaku pasar terhadap perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok membuat mata uang berisiko, seperti rupiah kembali dilirik sehingga mengalami apresiasi.

"Akibatnya, pasar aset-aset berisiko di negara berkembang menunjukkan kinerja yang baik," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah cenderung masih dibatasi oleh sentimen bank sentral Amerika Serikat (The Fed).

"Jika investor mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga The Fed dalam pertemuan FOMC pekan depan maka apresiasi mata uang domestik dapat tertahan," katanya.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan apresiasi rupiah juga ditopang oleh sentimen dari penilaian Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,2 persen.

"Bank Dunia menilai permintaan domestik yang lebih kuat di Indonesia akan terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (21/9), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.824 dibanding sebelumnya (20/9) di posisi Rp14.839 per dolar AS.

Baca juga: BI perkirakan kurs rupiah akan cenderung menguat
Baca juga: Penilaian positif Bank Dunia picu penguatan rupiah 22 poin

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018