kita ambil pahitnya saja, kita harus tetap siaga
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan sepanjang Januari hingga awal September tahun ini 3.000 lebih titik panas indikator kebakaran hutan dan lahan terdeteksi di wilayah Indonesia.
Kepala Subdit Sarana dan Prasarana Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Agus Hariyanto di Jakarta, Rabu, mengatakan sebanyak 3.032 titik panas terdeteksi di wilayah Indonesia hingga 3 September.
Ia mengatakan angka itu melampaui jumlah titik panas selama 2017 yang sekitar 1.000, namun jauh di bawah jumlah titik panas sepanjang 2015 yang menembus angka 15.000.
El Nilo lemah yang menurut prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghampiri wilayah Indonesia, menurut dia, membuat sejumlah daerah menghadapi kemarau hingga November 2018, meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan.
"Sehingga kita ambil pahitnya saja, kita harus tetap siaga," kata dia.
KLHK menggunakan aplikasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Fire Hotspot untuk memantau titik panas dan fokus mengambil tindakan pada titik-titik panas dengan tingkat akurasi di atas 80 persen.
Patroli terpadu dari Manggala Agni hingga Bintara Pembina Desa menyambangi daerah-daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Selama 2018, menurut Agus, tim patroli sudah melampaui target untuk mendatangi 1.200 desa.
Baca juga: Pemerintah mengampanyekan pembukaan lahan tanpa bakar
Baca juga: BPPT kembangkan sistem pemeringkatan bahaya kebakaran gambut
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018