Yangon (ANTARA News) - Sekelompok dari 13 aktivis ditahan karena mengkoordinasikan satu rapat umum menentang pemerintah yunta Myanmar yang melakukan kenaikan harga bahan bakar minyak secara besar-besaran telah dikirim ke penjara paling terkenal di negara tersebut, yakni penjara Insein, kata seorang sumber di sini Sabtu. Penjara tersebut adalah rumah bagi sekitar 1.100 tahanan politik, dan kelompok-kelompok hak asasi internasional menuduh telah terjadi penyiksaan dan penindasan yang merajalela di penjara tersebut. Para aktivis tersebut termasuk Min Ko Naing, yang dipandang sebagai pemimpin pro demokrasi paling terkemuka setelah pemimpin oposisi dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi ditahan. Mereka ditahan Selasa karena pemimpin aksi unjukrasa secara damai pada hari Minggu di seluruh Yangon. Sekitar 500 pengunjuk-rasa ikut ambil bagian dalam aksi anti pemerintah terbesar paling tidak selama sembilan tahun terakhir. Myanmar, yang berada dalam kekuasaan militer sejak 1962, hanya memperbolehkan sedikit perbedaan-pendapat. Min Ko Naing dan 12 aktivis lainnya dikirim ke penjara Insein pada pekan ini, kata sumber yang dekat dengan Min Ko Naing kepada AFP. Namun sumber tersebut menolak memberikan rincian lebih lanjut dari peristiwa itu. Ke-13 aktivis itu adalah anggota kelompok Mahasiswa Generasi 88 pro demokrasi, yang dibentuk oleh mantan para pemimpin mahasiswa yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah militer pada 1988. Pemberontakan mereka, yang diawali dengan suatu protes terhadap kondisi ekonomi Myanmar yang memburuk, berakhir dengan tembakan tentara ke jubelan mahasiswa itu, dan menewaskan ratusan jika tidak ribuan orang. Min Ko Naing dipenjarakan 15 tahun atas peranannya dalam aksi pemberontakan tersebut dan dibebaskan pada November 2004. Sejak itu, dia menginap lagi di tahanan selama empat bulan karena pembangkangannya terhadap junta, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007