malaria di Lombok itu masih endemis
Badung, Bali (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan pemerintah telah menangani kejadian penyebaran malaria di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang menginfeksi masyarakat terdampak gempa.
Nila dalam keterangannya kepada pewarta di Kuta, Bali, Selasa menyatakan wilayah Lombok yang memang masih endemis malaria ditambah kondisi pascagempa di daerah tersebut menjadi sebab merebaknya kasus malaria.
"Jadi memang betul malaria di Lombok itu masih endemis. Ada yang sudah eliminasi, tiga kabupaten sudah eliminasi, kemudian ada berapa kabupaten endemik sedang, ada yang agak tinggi," katanya.
Pada wilayah yang masih endemis tinggi tersebut, ditambah adanya genangan pada beberapa wilayah pascagempa yang menyebabkan nyamuk berkembang biak dengan cepat, serta masyarakat terdampak bencana yang masih tinggal di pengungsian membuat infeksi gigitan nyamuk anopheles tak terhindarkan.
Menkes mengatakan pemerintah telah melakukan antisipasi dengan memberikan kelambu nyamuk untuk menghindari gigitan, memasok obat-obatan malaria, dan juga memasok zat pembunuh jentik nyamuk larvasida.
Kementerian Kesehatan juga melakukan pemeriksaan pada masyarakat di sejumlah wilayah di Lombok. Menkes menyebut pemeriksaan kasus malaria tersebut yang membuat jumlah kasus ditemukan jadi lebih banyak.
"Sebenarnya pemeriksaan ini yang menyebabkan jumlahnya ditemukan lebih banyak. Tapi yang kambuh sakitnya, waktu saya mendapat informasi itu dua, tapi yang ditemukan sampai 128 orang," kata Menkes.
Nila berharap masyarakat terdampak gempa segera mendapatkan bantuan rumah dan tinggal di dalam rumah untuk menghindari penyakit malaria dan penyakit menular lainnya.
Sebelumnya dilaporkan merebaknya kejadian malaria di Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Kabupaten Lombok Barat masih merupakan daerah endemis malaria serta termasuk lokasi yang terdampak gempa NTB, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Pemerintah sudah antisipasi kasus Malaria di Lombok
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018