Selama ini hasil pengolahan rumput laut di Sumba Timur hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri
Kupang (ANTARA News) - Singapura dan Filipina berminat membeli hasil olahan rumput laut atau chips dari Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Selama ini hasil pengolahan rumput laut di Sumba Timur hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi saat ini sudah ada permintaan juga dari Singapura dan Filipina," kata Bupati Sumba Timur, NTT, Gidion Mbilijora kepada Antara di Kupang, Selasa.
Menurut dia, pabrik pengolahan rumput laut di Sumba Timur yang dikelola perusahaan daerah PT Algae Sumba Timur Lestari (Astil) di Desa Tanamanang itu hanya menghasilkan alkali treated cottonii (ATC) atau chips.
Produk ini, kata dia, selama ini dikirim luar daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Mataram.
Gidion mengatakan kehadiran pabrik pengolahan rumput laut di daerah itu telah memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal, khususnya petani yang berada di pesisir pantai.
Saat ini, tambahnya, banyak petani lahan pertanian sudah beralih fungsi untuk melakukan budi daya rumput laut di wilayah pesisir dan semuanya difasilitasi pemerintah.
"Dampaknya sangat bagus. Banyak masyarakat yang sudah beralih menjadi pembudi daya rumput laut karena 1,5 bulan sudah bisa panen dan menghasilkan uang," katanya.
Apalagi, menurut Gidion, hasil produksinya sudah memiliki pasar tetap. Petani tidak perlu lagi mencari pasar untuk menjual hasil produksi mereka, katanya menambahkan.
"Saya tidak bisa menghitung berapa ton produksi rumput laut, tetapi yang pasti ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat di pesisir sudah mulai tumbuh dengan baik karena usaha budi daya rumput laut," katanya.
Baca juga: NTT tawarkan investasi kelautan di pertemuan trilateral
Baca juga: Dirjen: 85 persen rumput laut di dunia berasal dari Indonesia
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018