Pekalongan (ANTARA News) - Menneg Koperasi dan UKM, Suryadharma Ali mengatakan, tidak benar jika kelangkaan minyak tanah di beberapa daerah di Indonesia akibat adanya program konversi kompor minyak tanah ke kompor gas. "Memang saat ini di sejumlah daerah terjadi kelangkaan minyak tanah akibat daerah itu belum tersentuh program konversi dan tidak benar jika kemudian program inilah yang dijadikan kambing hitamnya," katanya di Pekalongan, Sabtu. Pemerintah, kata dia, sebetulnya telah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih menggunakan kompor gas atau minyak tanah meskipun pada dasarnya pemerintah ada keinginan untuk menggunakan kompor gas karena alat ini dinilai bisa menghemat anggaran pemerintah dan pengeluaran keuangan rumah tangga. "Jika masyarakat mau menggunakan kompor gas maka subsidi dari Pemerintah akan bisa menurun dan juga untuk keuangan rumah tangga karena harga gas lebih murah dibanding dengan minyak tanah," katanya. Menkop menyebutkan, dengan mempergunakan satu kilogram gas akan setara dengan tiga liter minyak tanah dan jika setiap satu kilogram gas seharga Rp4.250,00 yang setara dengan tiga liter minyak tanah maka hal tersebut berarti setara dengan tiga kali Rp2.500,00. "Coba bandingkan biaya mana yang lebih ringan antara penggunaan minyak tanah dengan gas dari segi penghematan pengeluaran rumah tangga," katanya. Kendati demikian, ia mengaku, dalam program penggunaan tabung gas ini akan terjadi masalah yang ditimbulkan akibat masa transisi yang mendadak dengan adanya penggunaan kompor gas secara besar-besaran. "Saya kira masalah yang timbul di masyarakat ini akan normal setelah proses pendistribusian kompor gas dari Pemerintah kepada masyarakat selesai karena hal ini akan dilakukan secara simultan," katanhya. Untuk menghindari adanya penyelewengan pendistribusian kompor gas ke masyarakat, Menkop mengatakan, masalah pendistribusian akan disesuaikan dengan jadwal karena pembagian peralatan tidak bisa langsung dilakukan secara serentak tetapi bertahap.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007