Kyoto (ANTARA News) - Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jepang meminta pemerintah memberikan perhatian lebih serius terhadap hasil riset para mahasiswa Indonesia di luar negeri, dan hal riset itu diharapkan minimal bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pelaksanaan pembangunan di tanah air. Ketua PPI Jepang Edi Marwanta mengemukakan hal itu di Kyoto, Sabtu, usai memberikan sambutan pada pembukaan konferensi ilmiah para mahasiswa Indonesia yang berada di seantero Jepang. "Bagaimanapun kami berusaha memberikan sumbangsihnya pada bangsa dan negara, karena hasil penelitian yang dilakukan umumnya memberikan perbandingan terhadap kondisi di Jepang dan Indonesia," ujarnya. Peraih doktor dari Universitas Tokyo bidang agrikultural itu menjelaskan, banyak hal yang bisa dilakukan Indonesia dengan mengambil contoh Jepang, baik di bidang lingkungan, sosial, teknologi dan ekonomi. Sementara itu, Ketua Panitia konferensi ilmiah ke 16 PPI, Lisman Suryanegara, mengatakan, kegiatan konferensi ilmiah ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan setiap tahun, sekaligus wujud kecintaan mahasiswa terhadap Indonesia. "Apa yang dilakukan melalui konferensi ini di sini adalah mengumpulkan berbagai hasil riset dan karya ilmiah unggulan yang bisa diimplementasikan di tanah air," ujar Ketua PPI Kansai itu. Panitia konferensi ilmiah PPI ke-16 menerima sedikitnya 147 hasil riset dan karya ilmiah dari para mahasiswa dan selanjutnya akan diseminarkan sehingga hanya beberapa saja yang layak dijadikan rekomendasi dari PPI. Beberapa riset yang diandalkan antara lain mengenai penanganan rekonstruksi dan rehabilitasi bencana tsunami Aceh, beberapa analisis tentang reaktor nuklir, sumber daya yang diperbaharui dan tentang pengadaan internet murah buat rakyat.Sementara itu Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar mengatakan, belakangan ini minat mahasiswa Indonesia yang menjadikan Jepang sebagai pilihan untuk melanjutkan pendidikan dan risetnya mulai menonjol. "Jepang kini sudah ikut menjadi pilihan favorit mahasiswa Indonesia, sehingga hal ini bisa memberikan pengaruh yang kuat, karena tradisi dan displin Jepang juga menjadi penentu keberhasilan negaranya untuk maju," ujar mantan Menteri Keuangan itu. Dubes menegaskan pendidikan merupakan investasi yang paling memberikan keuntungan dan menjadi jalan pintas tercepat untuk mengatasi kemiskinan dan kebodohan. "Dalam kerja sama ekonomi jika ada satu saja yang merasa dirugikan, maka kerja sama itu akan selesai, tetapi untuk pendidikan dan kultural tidak akan pernah karena semuanya berada dalam posisi seimbang," ujarnya. Saat ini diperkirakan terdapat 1.500 mahasiswa Indonesia berada di Jepang, jika dibandingkan di tahun 1990-an, jumlahnya mahasiswa Indonesia hanya sekitar 1.000 orang. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007