Makassar (ANTARA News) - Bayi perempuan yang lahir tanpa batok kepala, akhirnya menghembuskan nafas terakhir Jumat sore saat bayi tersebut hendak dirujuk ke Rumah Sakit Labuangbaji karena ditolak di RS rujukan Wahiddin Sudirohusodo, Makassar. Anak ke empat pasangan Subaedah (20) dan Akbar Hasan (25) itu meninggal dunia dalam perjalan menuju rumah sakit Labuangbaji setelah bertahan hidup selama dua hari. "Kami hanya pasrah saja, mungkin ini kehendak yang di atas," ujar Akbar yang setiap harinya berprofesi sebagai pengayuh becak itu. Jenazah bayi yang lahir dengan berat badan 2,8 kg dan panjang 48 cm di Puskesmas Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar itu langsung dikebumikan di pekuburan umum Kabupaten Maros, Sulsel Jumat malam sekitar pukul 19.00 Wita. Bayi tanpa batok kepala itu semula dirujuk ke RS Wahidin, sebuah rumah sakit negeri terbesar di Kawasan Timur Indonesia, namun pihak RS menolak merawat bayi itu karena orangtuanya tidak dapat menunjukkan karta tanda bukti penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) keluarga miskin. Dr Emilia Handayani, Kahumas RS Wahidin mengatakan, pihak rumah sakit harus mengikuti prosedur penerimaan pasien yang tidak mampu. "Setiap pasien tidak mampu harus menyertakan kartu BLT dan bukan sekedar keterangan miskin dari kelurahan atau camat, karena banyak orang yang mampu tetapi berpura-pura miskin dan untuk membuktikannya, harus ada kartu BLT," ujarnya. Selain itu, katanya, sudah ada instruksi dari pemerintah untuk menghentikan pelayanan untuk keluarga miskin sejak bulan Juni 2007 karena tunggakan pemerintah untuk membiayai pelayanan kesehatan di RS Wahidin sudah di atas Rp10 miliar. "Sampai saat ini, RS Wahidin belum mendapat bayaran, jadi bagaimana kami bisa melayani lagi, sementara biaya operasional sangat terbatas," katanya. Dia menambahkan, pihak rumah sakit sebelumnya tidak menolak pasien dari keluarga miskin sepanjang memiliki kartu BLT dan bukti-bukti pendukung bahwa pasien berasal dari keluarga tidak mampu. Akbar, ayah bayi itu mengatakan, kendati tidak memiliki kartu BLT, dirinya sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama perempuannya itu. "Kita sudah berusaha namun Tuhanlah yang menentukan semuanya," ungkap Akbar sedih.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007