"Kejadian tersebut belum mempengaruhi produksi minyak di lapangan..."

Pekanbaru (ANTARA News) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas masih menunggu laporan investigasi Chevron terkait penyebab insiden kebocoran pipa gas di Riau yang menyebabkan kebakaran kemarin.

Kepala Departeman Humas SKK Migas Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Haryanto Syafri, kepada Antaranews di Pekanbaru, Riau, Senin mengatakan sejauh ini insiden kebocoran pipa gas PT Chevron Pacific Indonesia di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, itu belum mengganggu produksi minyak lapangan Duri yang menjadi salah satu blok minyak terbesar di Indonesia.

"Kejadian tersebut belum mempengaruhi produksi minyak di lapangan tersebut ataupun produksi Chevron secara keseluruhan. Mudah-mudahan suplai listrik tetap terjaga dan bisa dibantu dari sumber gas lainnya," ujarnya.

Haryanto menjelaskan gas tersebut berasal dari fasilitas Chevron di Sebanga menuju Mindai lalu ke Duri yang digunakan untuk menyuplai gas di turbin pembangkit listrik.

"Turbin itu jadi penggerak utama memompakan minyak dari bawah ke atas. Kalau ada gangguan atas suplai gas, idealnya listik akan terganggu. Sejauh ini kejadian ini belum berefek pada penurunan kapasitas listrik karena dipasok oleh suplier-suplier lainnya," kata Haryanto Syafri.

Sampai saat ini, lanjut dia, SKK Migas Sumbagut masih menunggu laporan investigasi Chevron terkait penyebab insiden itu dan dampak turunannya yang lebih detil.

"Yang kami baru ketahui adalah pipa sudah bisa ditutup dan api sudah padam sekitar pukul 23.50 WIB pada Minggu malam," katanya.

Ia menjelaskan, proses pemadaman api dan penutupan kebocoran gas membutuhkan waktu cukup lama, karena tekanan gas cukup tinggi.

Proses penyumbatan harus diawali dengan menutup suplai gas dari bagian hulu di Sebanga dan hilirnya di Mindai. Kemudian sisa gas yang ada di pipa harus ditunggu sampai tekanannya mengecil untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan.

Apabila insiden kebocoran gas ini berefek pada produksi minyak, maka akan menimbulkan kerugian cukup besar bagi Indonesia karena lapangan Duri merupakan bagian dari Blok Rokan yang masih dikelola oleh Chevron hingga 2021.

Berdasarkan catatan SKK Migas produksi minyak siap jual Rokan pada semester I 2018 sebesar 771.000 barel per hari (bph), sedangkan porsi produksi Rokan mencapai mencapai 207.148 barel

Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 kilometer persegi yang merupakan ladang minyak terbesar di Indonesia, yang berlokasi di Provinsi Riau.

Terdapat dua lapangan minyak raksasa di Blok Rokan, yakni Minas dan Duri. Lapangan Minas yang telah memproduksi minyak hingga 4,5 miliar barel sejak mulai berproduksi pada 1970-an. Pada masa jayanya, produksi minyak Lapangan Minas pernah menembus angka 1 juta bph. Lapangan tua ini masih bisa menghasilkan minyak sekitar 45.000 bph.

Sementara itu, Lapangan Duri berlokasi di Kabupaten Bengkalis, yang secara administrasi masuk Kecamatan Mandau. Lapangan ini punya kandungan minyak mentah unik yang dikenal dengan nama Duri Crude.

Chevron selama ini menggunakan teknologi EOR (enhance oil recovery) dan cukup berhasil mengoptimalkan produksi minyak Duri melawan penurunan alami.

Baca juga: Chevron selidiki kebakaran pipa gas di Riau

Baca juga: Pipa gas milik Chevron bocor, api pun berkobar

Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018