Setelah 12 dari 31 medali emas Indonesia pada Asian Games 2018 diraih atlet-atlet perempuan, kini seorang perempuan Indonesia masuk kembali menjadi pimpinan Dewan Perempuan Internasional (International Council of Women), organisasi perempuan dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ya, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo mendapat kepercayaan menjadi Wakil Presiden ICW dalam pemilihan pada Sidang Umum ke-35 ICW di Yogyakarta, Sabtu (15/9).
Rangkaian Sidang Umum ke-35 ICW berlangsung sejak 11 September lalu hingga 20 September mendatang dan dibarengi dengan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia pada 13-14 September 2018 untuk meneguhkan kembali peran perempuan sebagai Ibu Bangsa.
Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia diselenggarakan oleh ICW, Kowani (Kongres Wanita Indonesia), dan didukung penuh oleh Kementerian BUMN dan 35 BUMN, termasuk Perum LKBN Antara, yang berpartisipasi langsung menyukseskan dua pertemuan tersebut. Giwo, panggilan kesayangan sejak kecil dari perempuan bernama asli Sri Woerjaningsih, kelahiran Bandung 8 Mei 1962 itu, sebelumnya di ICW menjabat Koordinator Komite Tetap Bidang Komunikasi, bersama dengan pengurus Kowani lainnya, Uli Silalahi yang menjabat Koordinator Komite Tetap Bidang Pembangunan Berkelanjutan.
Pemegang gelar Putri Ayu 1981, dan putri kedua dari empat anak dari HR Wirjatmo dan HjR Tjahjaningsih ini dikenal memiliki pengalaman segudang sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan dan lembaga independen.
Ia antara lain pernah menjabat Bendahara Umum DPP Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) 1997-2002, Dewan Penasihat Koperasi Wanita Indonesia (Kopwani) 1999-2004, dan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2004-2007.
Di Kowani, Giwo pernah menjabat Ketua Bidang Ekonomi, Koperasi, dan Ketenagakerjaan untuk tahun 1999-2004, salah satu ketua untuk dua periode masa bakti sejak 2004-2009, sebelum terpilih menjadi Ketua Umum sejak 2014.
Sampai sekarang Giwo masih menjabat Ketua Umum YPWI ISWI (Yayasan Pendidikan Wanita Indonesia Ikatan Sarjana Wanita Indonesia) sejak tahun 2006, Ketua Pelaksana Harian ISIKKI-IHEA (Ikatan Sarjana Ilmu Kesejahteraan Keluarga Indonesia -Indonesia Home Economic Association) sejak 1995, Dewan Penasihat Ikatan Arsitektur Lansekap Indonesia sejak 2014, Anggota Global White Ribbon Alliance (GWRA) yang berpusat di Washington DC, AS, sejak 2011, dan anggota International Federation of University Women (IFUW) di Jenewa.
Giwo menjadi perempuan Indonesia yang masuk dalam jajaran pimpinan ICW, setelah Kuraisin Sumhadi yang pernah menjadi Presiden ICW periode 1994-1997.
Giwo mengatakan dia juga berpeluang sebagai Presiden ICW setelah enam tahun atau dua periode berada dalam jajaran pimpinan di Dewan Direktur ICW.
Kuraisin Sumhadi, kata Giwo, yang semasa hidupnya pernah menjadi Ketua Umum ICW, telah enam tahun atau dua periode menjabat Wakil Presiden ICW.
Kebanggaan Indonesia
Tentu saja terpilihnya Giwo sebagai Wakil Presiden ICW menjadi kebanggan bangsa, apalagi dia dipilih di Yogyakarta, kota bersejarah ketika perempuan Indonesia menyelenggarakan kongres pertama pada 22-24 Desember 1928.
Giwo pun mengakui hal itu karena bisa mewakili Indonesia. "Ini merupakan kebanggaan dan semangat untuk kita memperjuangkan kemajuan wanita Indonesia dan seluruh dunia," kata Giwo yang terpilih menjadi salah satu dari lima wakil presiden, setelah mengantongi 62 suara dari total 491 suara, untuk periode selama tiga tahun ke depan.
Empat presiden lain yang terpilih pada yakni Linda C. Liu (Taiwan) dengan perolehan 96 suara, Doris Bingley (Malta, ) 91 suara, Jamal Hermes Ghibril (Lebanon) 84 suara, dan Fatma Fatos Inal (Turki) 69 suara. Keempatnya terpilih kembali untuk periode kedua.
Terpilihnya Giwo juga mencerminkan bahwa Kowani yang menaungi 92 organisasi perempuan Indonesia dan secara total beranggotakan sekitar 62 juta perempuan Indonesia, dapat diterima dengan sangat baik untuk menjadi pimpinan ICW.
Pada Sidang Umum ke-35 ICW,Giwo menyampaikam pemaparan yang menyoroti pentingnya mempromosikan kesetaraan dan peran perempuan sebagai penentu kebijakan, baik di ranah publik maupun privat.
Giwo juga menegaskan bahwa saat ini, pemerintah Republik Indonesia memiliki delapan dari 34 menteri dalam jajaran kabinet yang merepresentasikan kiprah perempuan di pemerintahan Indonesia.
Posisi strategis Giwo di ICW itu sekaligus memastikan bahwa Indonesia selalu berada dalam pergaulan dan interaksi di dunia internasional.
Ini jelas kebanggaan bangsa, dan memperpanjang kebanggaan atas perempuan Indonesia di kancah dunia internasional yang pernah diukir oleh Menteri Sri Mulyani yang pernah menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, dan banyak lagi perempuan Indonesia berprestasi di tingkat dunia.
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2018