Makassar (ANTARA News) - Kapal penyelamat pantai (offshore rescuer) milik Phoenix Internasional dari Amerika Serikat, mulai Jumat, menyisir perairan selat Makassar untuk mendeteksi kembali posisi kotak hitam pesawat Boeing 737-400 AdamAir yang jatuh dan hilang di perairan Majene, Provinsi Sulbar, 1 Januari 2007. Kapal yang sandar di pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar sejak Kamis siang itu, meninggalkan pelabuhan Makassar sekitar pukul 13.00 Wita menuju perairan Majene dalam upaya menemukan dan mengangkat kotak hitam dan voice data recorder serta flight data recorder (VDR/FDR) pesawat nahas itu. Kapal berwarna oranye berbendera Syprus sepanjang 61,75 meter, lebar 13 meter, berat 1.418 ton dengan kecepatan berlayar 12 knot ini membawa peralatan berteknologi tinggi milik Phoenix untuk mendeteksi benda di dasar laut serta peralatan untuk mengangkatnya. Kepala Administrator Pelabuhan (Adpel) Makassar yang juga investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Sato M. Basri mengatakan, kapal tersebut dikerahkan atas kerjasama pemerintah Indonesia dan AS untuk mengambil kotak hitam pesawat AdamAir. Pihak Indonesia sendiri melibatkan empat tenaga ahli masing-masing dua orang dari KNKT dan AdamAir, serta tenaga ahli dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), Badan Penerbangan AS (FAA) dan Boeing masing-masing satu orang serta 18 kru kapal yang berasal dari Amerika Serikat, Ghana, Malaysia, Rusia, Rumania, Kroasia, Philipina dan Ukraina. Menurut Sato, kapal tersebut merupakan kapal penyelamat internasional yang bisa mendeteksi dan mengangkat benda-benda di kedalaman lebih dari 3.000 kaki. Kapal tersebut memuat peralatan milik Phoenix International yang nantinya akan menurunkan sebuah alat yang disebut Remote Operation Vehicle (ROV) di kedalaman 1.800 meter dan 2.000 meter di koordinat 03.41.0359 Lintang Selatan dan 118.08.8592 Bujur Timur, posisi kotak hitam dan FDR/VDR pesawat itu pertama kali ditemukan Januari lalu. "Pemerintah Indonesia sangat peduli dengan keselamatan manusia di Indonesia, sehingga pemerintah menjalin kerjasama dengan AS untuk mengangkat kotak hitam tersebut," kata Sapto yang didampingi Ketua KNKT, Tatang Kurniadi. Sesuai kontrak, kapal ini akan beroperasi hingga 2 September 2007 dan bila masih dibutuhkan, kontrak selanjutnya akan ditentukan oleh pemerintah pusat. Kapal itu, kata Sapto, akan menyisir kembali titik-titik letak kotak hitam yang sebelumnya telah dideteksi oleh sonar sejumlah KRI dan kapal Mary Sears Amerika Serikat dan bila masih terdeteksi, upaya selanjutnya adalah mengangkat benda itu. Mengenai pendanaan operasi tersebut, Ketua KNKT Tatang Kurniadi tidak bersedia merinci kecuali mengatakan bahwa semuanya ditanggung oleh pemerintah Indonesia dan jumlahnya baru akan diketahui bila operasi sudah selesai. "Pada operasi pencarian Adam Air yang lalu, pemerintah mengeluarkan dana antara dua hingga tiga miliar rupiah per minggu," jelas Tatang kepada pers. Sementara itu, Direktur Operasional Adam Air Kapten Irawan Soegondo mengatakan, pihaknya sangat optimistis upaya pencarian dan pengangkatan kotak hitam ini akan berhasil dan diperkirakan butuh waktu sekitar dua bulan. Irawan juga menolak berbicara soal dana yang disiapkan AdamAir untuk membiayai operasi ini. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007