Ternyata helikopter tidak bisa mencapai ketinggian 8.500 meter sehingga sementara ini belum bisa dilaksanakan bom air.
Semarang, (ANTARA News) - Helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana belum bisa melepaskan bom air (water bombing) untul memadamkan kebakaran di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing karena faktor cuaca serta medan yang berat.
"Laporan pada pukul 14.00 WIB, helikopter tidak mampu (beroperasi, red) dengan ketinggian 8.500 meter, medannya berat dengan tingkat kemiringan yang terjal, ditambah kondisi cuaca dan angin yang berubah-ubah sehingga sangat berbahaya," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Pramana di Semarang, Jumat.
Ia mengaku, sudah meminta rekomendasi dari jajaran Penerbangan TNI Angkatan Darat terkait dengan proses pemadaman kebakaran di lereng Gunung Sindoro-Sumbing dan telah disampaikan ke tim survei yang berada di lapangan.
"Ternyata helikopter tidak bisa mencapai ketinggian 8.500 meter sehingga sementara ini belum bisa dilaksanakan bom air," ujarnya.
Menurut dia, upaya pemadaman kebakaran di lereng Gunung Sindoro-Sumbing yang bisa dilakukan petugas gabungan adalah dengan cara manual pada siang hari dan terus mendorong pemanfaatan kearifan lokal dengan mendatangkan pawang hujan.
"Wonosobo dan Magelang sudah melakukan kearifan lokal, hasilnya hujan gerimis, mudah-mudahan Temanggung segera menyusul serta hujan turun tidak terlalu deras, kasihan petani tembakau yang akan memasuki masa panen," katanya.
Sarwa menyebutkan, luasan lahan tidak produktif yang terbakar di lereng Gunung Sindoro-Sumbing hingga saat ini terus bertambah.
Luasan lahan yang terbakar di Gunung Sumbing sekitar 393 hektare dan di Gunung Sindoro sekitar 385 hektare.
Sebelumnya, helikopter jenis MBB Bo 105 milik BNPB yang akan digunakan untuk memadamkan api di Gunung Sindoro-Sumbing telah mendarat di Lapangan Kledung, Kabupaten Temanggung pada Kamis (13/9) sore.*
Baca juga: Ratusan pendaki Gunung Sumbing berhasil dievakuasi
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018