Yogyakarta (ANTARA News) - Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Irjen (Pol) Basaria Panjaitan meminta semua anggota Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menjadi agen "Saya Perempuan Anti-Korupsi" (SPAK).
"Jika seluruh 62 juta anggota Kowani bergerak untuk memberantas korupsi, kalau ada kemauan tahun depan korupsi bisa kita eliminasi," kata Basaria dalam sesi pertama Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan data Kowani, saat ini jumlah anggota organisasi perempuan tersebut mencapai 62 juta orang yang tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Basaria mengatakan peran perempuan dan ibu untuk memberantas korupsi masih minimal, padahal berpotensi mencegah korupsi sejak dini melalui pendidikan dan pengasuhan anak-anak.
KPK pernah melakukan survei kepada para ibu dengan sampel dari seluruh Indonesia dengan pertanyaan utama apakah anak-anak diajarkan tentang kejujuran di dalam keluarga dan hasilnya hanya 4 persen yang menjawab "ya".
"Lalu yang 96 persen itu bagaimana? Hasilnya seperti yang kita lihat seperti sekarang, korupsi ada di mana-mana, gratifikasi dan suap masih banyak ditemukan dari seseorang lahir hingga mati," kata Basaria.
Oleh karena itu, Basaria mengajak semua anggota KOWANI untuk menjadi agen SPAK yang saat ini anggotanya baru mencapai sekitar 1.500 perempuan, masih jauh dari yang diharapkan.
"Kenapa KPK berpikir perempuan suatu kekuatan? Karena faktanya dari 250 juta penduduk, ada 127 juta atau hampir 50 persen adalh perempuan, dan kalau kita lihata ada 62 juta anggota KOWANI di 34 provinsi, maka organisaso ini bisa menjadi pemeran utama untuk membasmi korupsi," kata dia.
KPK menggalakkan peran SPAK sebagai agen yang membantu pemberantasan korupsi melalui gerakan "3L", yakni lihat, lawan dan lapor.
Basaria juga menyebutkan salah satu peran perempuan yang sukses dalam upaya memberantas korupsi, yakni gerakan "Meja tanpa Laci" yang dilakukan para polisi perempuan di Polres Panakukkang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Sebelumnya, telah menjadi rahasia umum bahwa di setiap meja di polres tersebut terdapat laci yang menjadi tempat menyelipkan amplop berisi uang gratifikasi maupun suap saat melakukan suatu layanan kepada masyarakat.
"Ini hanya salah satu contoh, bahwa perempuan adalah kekuatan dan inisiator untuk mencegah dan memberantas praktik korupsi," kata Basaria.
Perempuan pertama yang menjadi salah satu pimpinan KPK tersebut menjadi pembicara dalam sesi I Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan bersama Menteri Kesehatan Nila Moeloek dan Ketua Umum KOWANI Giwo Rubianto Prayogo.
Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia diselenggarakan bersamaan dengan Sidang Umum Dewan Perempuan Internasional (ICW) ke-35 di Hotel Grand Inna Malioboro Yogyakarta, yang didukung 35 BUMN termasuk Perum LKBN Antara.
(T.A060)
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2018