Permintaan dolar AS masih cenderung meningkat seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dan diikuti data ekonomi yang positif

Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 35 poin ke Rp14.856 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.821 per dolar AS.

"Permintaan dolar AS masih cenderung meningkat seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dan diikuti data ekonomi yang positif," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.

Ia mengemukakan indeks optimisme usaha kecil di Amerika Serikat naik menjadi 108,8 pada Agustus dari bulan sebelumnya 107,9. Data selanjutnya yang menjadi perhatian pelaku pasar, yakni PPI (Producer Price Index).

"Jika rilis data PPI sesuai estimasi, maka kenaikan dolar AS berpotensi berlanjut terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah" katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, Presiden AS Donald Trump yang menegaskan mengenakan tarif tambahan pada barang asal Tiongkok senilai 267 miliar dolar AS, di luar dari rencana tarif pada barang senilai 200 miliar dolar AS masih membuat kekhawatiran pelaku pasar.

"Faktor itu membuat pelaku pasar `wait and see` dan cenderung menahan dananya untuk masuk ke pasar negara berkembang," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (12/9), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.863 dibanding sebelumnya (10/9) di posisi Rp14.835 per dolar AS.

Baca juga: Rabu pagi, rupiah dibuka melemah jadi Rp14.866

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018